DanauTolire salah satu objek wisata alam yang indah di Ternate, Maluku Utara yang menarik dijelajahi pesonanya. Danau eksotis di kaki Gunung Gamalama menyimpan kisah misteri yang patut wisatawan ketahui. Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Takome, Kec. Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara; Map: Cek Lokasi Maluku Utara memang terkenal dengan [] Sedangkandi Ternate ada salah satu tradisi serupa bernama Gendhang Sahur. Tradisi tersebut kemudian dijadikan sebagai festival untuk menyemarakkan bulan Ramadhan di tanah yang terkenal dengan pala dan cengkehnya ini. Festival Gendang Sahur yang telah menjadi kegiatan tahunan Pemkot Ternate tersebut diharapkan menjadi salah satu tujuan AiyaLee menekankan, toleransi beragama masyarakat Ternate sangatlah tinggi sejak dulu hingga sekarang. Ia mencontohkan, "Pas Imlek kemarin, ada pengajian di Gang Habib I (yang terletak di dalam Kampong Cina). Pengajian sengaja setop jam 9 malam. Kemudian di-prepare (dipersiapkan) untuk acara Imlek jam 10." Perayaan Hari Tahun Baru Imlek terjadikeadaan darurat di Terminal Bahan Bakar Minyak Ternate baik berupa tumpahan minyak, pencemaran lingkungan, kebakaran dan sebagainya maka malam, dan musim). 4. Pengamatan oleh manusia (visual). Terminal BBM Ternate didapatkan dari kegiatan pembuangan/drain di area tangki timbun, air limpasan hujan di area tangki timbun, air . Destinasi Wisata di Ternate – Ternate merupakan kota kepulauan yang terdiri dari delapan pulau meliputi pulau Ternate, pulau Hiri, pulau Moti, hingga pulau Tifure. Berada di bawah kaki gunung Gamalama, pesona wisata Ternate menjadi daya tarik yang cukup unik. Tak heran jika berkunjung ke Ternate bisa jadi pengalaman liburan yang sangat berkesan. Penasaran hal apa saja yang bisa Toppers lakukan saat liburan ke salah satu kota terbesar di Maluku Utara ini? Yuk, simak rekomendasi objek wisata di Ternate yang jadi pilihan favorit traveler. Baca jugaMenyusuri 10 Pesona Wisata Amahai & Pulau Seram Paling Indah! 1. Batu Angus Sumber gambar Indonesia Kaya Ternate kaya akan panorama eksotis, salah satunya bisa Toppers temukan di objek wisata Ternate satu ini. Dikenal dengan nama Batu Angus, destinasi wisata di Ternate ini menurut serajah terbentuk dari aliran lava yang membeku saat letusan Gunung Gamalama 1907 silam. Berkunjung ke objek wisata Ternate ini Toppers akan disuguhkan pemandangan bongkahan batu-batu sepanjang 2 km dan berakhir pada tebing terjal dimana kamu bisa melihat panorama lautan. 2. Pantai Kastela Sumber gambar Lelungan Sebagai kota kepulauan, jelas Ternate menawarkan banyak sekalo objek wisata pantai yang menarik. Salah satunya adalah Pantai Kastela. Objek wisata alam di Ternate satu ini memiliki suasana asri dan juga atmosfer yang menyegarkan. Soal panorama, jangan ditanya karena pantai sudah sangat termasyur dengan keindagan pemandangan matahari terbenamnya. Dibalik pepohonan yang berada dipinggir pantai, cahaya matahari senja memberikan suasana romantis yang manis. Daya tarik lain pantai Kastela adalah kuliner Pisang Mulubebe, makanan ringan tradisional khas yang bisa Toppers cicipi saat berlibur di pantai ini. Berdekatan dengan pantai ini, Toppers juga bisa mampir ke destinasi wisata di Ternate lainnya yaitu Benteng Gamlamo dan Monumen Sultan Khairun. 3. Pantai Sulamadaha Sumber gambar Hipwee Destinasi wisata pantai di Ternate selanjutnya adalah Pantai Sulamadaha yang lokasinya tak jauh dari Batu Angus. Pantai yuang berada di teluk ini memiliki pasir putih dengan ombak tenang yang mampu menyegarkan kepenatanmu. Pantai ini sangat terkenal akan perairannya yang jernih sehingga menjadi spot snorkeling yang cukup digemari. Saking jernihnya perairan di tujuan wisata Ternate satu ini, orang-orang kerap menyebutkan bahwa kamu bisa menemukan perahu-perahu di pantai ini tampak seperti melayang. Untuk mencapai lokasi snorkeling Toppers perlu menyewa perahu masyarakat setempat dengan harga yang terjangkau. 4. Gunung Gamalama Sumber gambar Tribunnews Gunung Gamalama merupakan ikon wisata alam Ternate yang sudah sangat populer. Mengunjungi objek wisata Terante ini, Toppers akan disuguhkan pemandangan hamparan perkebunan cengkeh di sepanjang lereng hingga hijaunya hutan. Jika Toppers suka mendaki gunung, dari atas gunung Toppers bisa melihat lebih jelas pemandangan alam Pulau Ternate hingga pulau-pulau disekitarnya seperti Pulau Halmahera dan juga Pulau Tidore yang dihubungkan hamparan birunya permukaan laut. 5. Danau Tolire Sumber gambar Tribunnews Berlokasi di Ternate utara dengan menempuh jarak sekitar 10 km dari pusat Kota Ternate, Toppers bisa menjumpai Danau Tolire, objek wisata Ternate yang memiliki keindahan tak kalah dari objek wisata Ternate lainnya. Banyak cerita rakyat seputar keberadaan Danau ini, mulai dari keberadaan siluman Buaya yang membuat penduduk tidak berani menangkap ikan-ikan yang ada di danau hingga kepercayaan bahwa setiap orang yang melemparkan batu atau benda berat ke danau ini, batu tersebut tak akan pernah berhasil menyentuh permukaan danau. Jadi, tak heran jika Toppers akan menjumpai banyak orang menjual batu di sekitar objek wusata satu ini. 6. Danau Laguna Sumber gambar Kompas Buat yang suka objek-objek wisata yang instagramable, kawasan wisata Ternate satu ini bisa jadi destinasi yang tepat. Danau Laguna berlokasi di Desa Ngade yang dikenal juga dengan nama Danau Ngade kini tengah menjadi tujuan wisata yang hits di Ternate. Dikawasan ini, Toppers bisa menikmati pemandangan alam dari ketinggian. Panorama Pulau Maitara dan Pulau Tidore bisa terlihat jelas dan menjadi objek yang tepat untuk ditangkap menggunakan lensa kamera kamu. Baca juga Liburan ke Lombok? Jangan Lupa untuk Mengunjungi 10 Tempat Menawan Ini! 7. Pantai Bobane Ici Sumber gambar Indonesia Kaya Suka dengan kuliner seafood? Jika ya, maka destinasi wisata di Ternate satu ini boleh masuk dalam daftar tujuan wisata saat ke Ternate. Pantai Bobana Ici memiliki ombak yang sangat ganas sehingga Toppers tidak dianjurkan untuk berenang atau bermain air. Tapi, daya tarik utama tempat wisata di Ternate satu ini adalah berbagai kuliner laut yang bisa dicicipi di berbagai warung makan di pinggiran pantai. Salah satu menu andalah yang populer adalah ikan bakar-nya. Menikmati lezatnya ikan bakar dengan panorama lautan berombak serta udara dengan angin sepoi-sepoi tentu bisa memberikanmu pengalaman tersendiri saat liburan di Ternate. 8. Benteng Kastela Sumber gambar Situs Budaya Objek wisata bersejarah di Ternate memiliki pesona yang tak kalah menarik. Salah satu yang bisa Toppers kunjungi adalah Benteng Kastela yang dibangun oleh Portugis yang juga dikenal dengan nama Benteng Gam Lamo. Benteng ini sendiri di bangun pada 1521 oleh Antonio de Brito dengan nama Nostra Senora del Rosario saat itu. Namun pembangunan ini lanjutkan oleh Garcia Henriques pada 1525 dan selesai pada 1540 oleh Jorge de Gastro. Dikomplek objek wisata ini Toppers juga bisa menemukan relief yang menceritakan kisah terbunuhnya Sultan Khaerun, Sultan Ternate yang ke-25 saat memenuhi undangan makan malam oleh Antonio Pimetal atas perintah Gubernur Lopez de Mosquita yang menjadi pemicu perlawanan Ternate terhadap kolonialisasi Portugis kala itu. 9. Museum Kedaton Sultan Ternate Sumber gambar Indonesia Kaya Dibangun pada 1813 atas perintah Sultan Muhammad Ali, bangunan museum ini dirancang oleh arsitek dari Tiongkok sebagai kediaman Sultan. Destinasi wisata Ternate ini sangat cocok untuk Toppers yang ingin mengenal lebih dalam mengenai sejarah dan budaya masyarakat Ternate. Berbagai koleksi seperti benda geologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, filologi, teknologi, seni rupa, dan keramik bisa Toppers temukan di Museum Kedaton Sultan Ternate ini. 10. Bukit Ngade Sumber gambar Wisata Lengkap Tak cuma pemandangan alamnya saja, panorama kota Ternate juga sangat cantik terutama kala matahari telah terbenam. Mengunjungi Bukit Ngade bisa jadi alternatif wisata Ternate yang menarik karena disini Toppers bisa menikmati panorama Ternate dari ketinggian yang sangat indah. 11. Pantai Falajawa Pantai Falajawa berada tidak jauh dari pusat kota sehingga cocok jadi destinasi wisata di Ternate untuk kamu yang mungkin tidak memiliki waktu untuk mengksplorasi destinasi wisata Ternate yang jauh. Dengan kondisi fasilitas yang lebih memadai, Pantai Falajawa juga kerap menjadi tempat nongkrong anak muda setempat. Disini, Toppers bisa berfoto dengan tulisan Ternate yang menjadi ciri khas dari tempat wisata Ternate satu ini. 12. Benteng Talukko Sumber gambar Indonesia Kaya Benteng Talukko adalah sisa-sisa peninggalan Portugis lainnya di Ternate yang kini menjadi destinasi wisata sejarah ternate yang populer. Dibangun oleh Fransisco Serao, pangilma Portugis pada 1540 benteng ini sempat diambil alih Belanda pada 1610. Pada 1996-1997, pemerintah Republik Indonesia memugar kembali benteng ini dan menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Ternate. Baca juga 11 Tempat Snorkeling Wajib Coba Liburan Ini Banyak sekali bukan destinasi wisata di Ternate yang bisa jadi referensi untuk traveling seru Toppers selanjutnya. Mulai dari keindahan alam hingga wisata sejarah bisa ditemui di Ternate. Ingin rencanakan traveling lebih praktis? Manfaatkan aplikasi Tokopedia untuk mewujudkan liburan impianmu! Mulai dari beli tiket pesawat dan kereta api hingga kebutuhan seperti koper dan tas ransel bisa ditemukan dengan mudah di Tokopedia. Yuk, mulai petualanganmu di Ternate! 33 tempat yang diurut berdasarkan favorit Tolire Gamalama12Pegunungan β€’ Gunung Dodola11Terumbu Karang β€’ Angus Tolukko45Tempat Bersejarah β€’ Reruntuhan Raya Al Munawwaroh Ternate24Tempat Sultan Ternate14Tempat Maitara9Pulau β€’ Kalamata52Tempat Kesultanan Ternate25Museum Benda Oranye51Tempat Harbour10Pelabuhan & Jalan Balubang Gurabala1Formasi Pandang Makam Batulayar1Tempat Menarik & Cengkeh Vizta Family KTV1Bar TernatePusat Permainan & Raha Lounge & BarBar & Dive Center13Scuba & Wei Massage SpaSpaSekarang buka2Menampilkan 1-30 dari 33 hasilTanya Jawab tentang TernateObjek wisata terpopuler untuk dikunjungi di Ternate adalah Pantai Sulamadaha Pantai Jikomalamo Batu Angus Ternate Danau Ngade Danau Tolire Besar Lihat semua objek wisata di Ternate di TripadvisorAktivitas luar ruangan terbaik di Ternate menurut wisatawan Tripadvisor adalah Pantai Sulamadaha Danau Tolire Besar Batu Angus Ternate Danau Ngade Gunung Gamalama Lihat semua aktivitas luar ruangan di Ternate di TripadvisorHal terpopuler yang dapat dilakukan di Ternate bersama anak menurut wisatawan Tripadvisor adalah Pantai Sulamadaha Batu Angus Ternate Benteng Tolukko Pulau Dodola Benteng Oranye Lihat semua hal yang sesuai untuk dilakukan bersama anak di Ternate di Tripadvisor Kerajaan Gapi atau lebih kenamaan disebut Kerajaan Ternate adalah salah satu kesultanan islam di Sulawesi yang berkedudukan di Maluku. Kerajaan ini merupakan salah satu manifetasi sejarah perkembangan islam di Indonesia khususnya di bagian timur. Tidak hanya itu, kerajaan ini juga sangat berpengaruh di masa perlawanan terhadap penjajahan bangsa Eropa. Kondisi ini lantaran Kepulauan Maluku adalah sentra rempah rempah di Indonesia, bahkan dunia. Sejarah Kerajaan TernateLokasi, Letak Geografis, Peta WilayahSilsilah RajaA. Raja Bergelar Kolano1. Baab Mashur Malamo 1257 – 1272 M2. Jamin Qadrat 1277 – 1284 M3. Komala Abu Said 1284 – 1298 M4. Bakuku Kalabata 1298 – 1304 M5. Ngara Malamo Komala 1304 – 1317 M6. Patsaranga Malamo 1317 – 1322 M7. Cili Aiya Sidang Arif Malamo 1322 – 1331 M8. Panji Malamo 1331 – 1332 M9. Syah Alam 1332 – 1343 M10. Tulu Malamo 1343 – 1347 M11. Kie Mabiji Abu Hayat I 1347 – 1350 M12. Ngolo Macahaya 1350 – 1357 MB. Raja Bergelar Sultan18. Zainal Abidin 1486 – 1500 M19. Sultan Bayanullah 1500 – 1522 M20. Hidayatullah 1522 – 1529 M21. Abu Hayat II 1529 – 1533 M22. Tabariji 1533 – 1534 M23. Khairun Jamil 1535 – 1570 M24. Baabullah Datu Syah 1570 – 1583 M25. Said Barakat Syah 1583 – 1606 M26. Mudaffar Syah I 1607 – 1627 M27. Hamzah 1627 – 1648 M28. Mandarsyah 1648 – 1650 M, masa pertama29. Manila 1650 – 1655 M30. Mandarsyah 1655 – 1675 M, masa kedua31. Sibori 1675 – 1689 M48. Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 – 1975 M49. Haji Mudaffar Syah Mudaffar Syah II 1975 – 2015 MKehidupan di Kerajaan TernateA. Kehidupan EkonomiB. Kehidupan Sosial & BudayaC. Kehidupan PolitikMasa KejayaanPenyebab Runtuhnya KerajaanPeninggalan dan Sumber Sejaraha. Istana Sultan Ternateb. Masjid Jami Ternatec. Makam Rajad. Al Quran Tulisan Tangane. Alat Perangf. Benteng Tolukko Istana Kerajaan Ternate tahun 1931 Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI KIT 90519 vv 10 Kerajaan Ternate berdiri sebagai hasil konsensus para momole yang berkuasa ketika daerah ini mulai banyak didatangi pedangang asing pada permulaan abad ke-13. Para pedagang yang singgah menghadapi ancaman dari perompak di sekitaran Kepulauan Maluku. Keadaan ini mendorong para momole yang berasal dari Toboleu, Tobanga, Tobana dan Tubo mengadakan rembukan untuk mencari solusi atas prakarsa Momole Guna dari Tobona. Pertemuan ini dilakukan tahun 1255 M di Foramadiahi, di lereng bagian selatan Gunung Gamalama. Hasil rundingan para perwakilan empat kampung itu adalah tercetusnya ide untuk pendirian kerajaan yang dilakukan dua tahun setelahnya. Tahun 1257 M, Momole Ciko Bunga yang berasal dari kampung Sampala dinobatkan menjadi Kolano atau raja pertama, dengan dianugerahi gelar Baab Mashur Malamo. Pusat pemerintahan didirikan di Sempala yang berada di pesisir barat dari Pulau Ternate. Momentum bersejarah ini oleh masyarakat lokal disebut dengan Tara No Ate, yang bermakna turun dan merangkul’. Tara No Ate ini adalah asal mula penggunaan nama Ternate yang dipakai sekarang. Lokasi, Letak Geografis, Peta Wilayah Kerajaan Ternate terletak di pulau Gapi atau sekarang disebut dengan Ternate. Ibukota kerajaan berlokasi di Sempala kemudian dipindahkan ke Foramadiahi. Letak geografis Ternate dinilai sangat strategis. Pasalnya daerah ini terletak di jalur perdagangan penting yang menghubungkan pulau Sulawesi dengan Papua. Kerajaan Ternate berdiri di wilayah dengan topografi pesisir, bukit dan gunung. Salah satunya adalah Gunung Gamalama yang merupakan gung berapi aktif. Wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate tidak cukup luas, tetapi sangat berpengaruh. Karena kawasan ini dikelilingi oleh laut sehingga iklim yang ada di Kerajaan Ternate sangat dipengaruhi oleh siklus pergerakan angin laut. Kerajaan Ternate berhasil menguasai seluruh kawasan Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, dan sebagian daerah di pulau Sulawesi. Silsilah Raja Secara struktural, masyarakat Ternate awalnya memiliki empat perkampungan dengan kepalanya disebut dengan momole. Setelah para momole membentuk aliansi pendiri Kerajaan Ternate, raja pertama yang naik takhta tahun 1257 M sdiseru dengan panggilan kolano. Pertengahan abad ke-15 syariat islam diadopsi penuh oleh Kerajaan Ternate. Hal ini berdampak pada gelar raja yang semula kolano disesuaikan menjadi Sultan. Kolano di struktur pemerintahan Kerajaan Ternate dibantu oleh seorang perdana menteri yang disebut jogugu dan dewan konstitutif kerajaan yang dipanggil fala raha. Di bawahnya terdapat klan bangsawan penopang kerajaan. Para momole pendiri Kerajaan Ternate terdahulu direpresentasikan dalam klan bangsawan ini yang diketuai oleh seorang Kimalaha. Terdiri dari Klan Marasaoli, Tomaito,Tomagola, serta Tamadi. Selain sebagai back-up kerajaan, klan bangsawan ini juga harus mempersiapkan calon raja apabila sultan yang memerintah tidak memiliki penerus. A. Raja Bergelar Kolano 1. Baab Mashur Malamo 1257 – 1272 M Baab Mashur Malamo adalah gelar yang disematkan kepada Momole Ciko Bunga sebagai kolano pertama hasil asese pendiri Kerajaan Ternate. Gelar Baab Mashur Malamo memiliki makna pintu kemasyuran yang besar’. Masa pemerintahannya belangsung selama 20 tahun. Selama pemerintahannya, Baab Mashur Malamo memutar roda kerajaan dibantu oleh jogugu dan Fala raha. 2. Jamin Qadrat 1277 – 1284 M Jamin Qodrat adalah kolano kedua di Kerajaan Ternate. Jamin Qodrat memiliki beberapa nama panggilan yaitu Kaicil Jamin, Kaicil Poit atau juga bisa disebut dengan Samman. Kaicil adalah istilah yang digunakan untuk menyebut putra mahkota. Jamin Qodrat adalah ayah dari Kaicil Komala Abu Said yang menggantikannya sebagai raja di periode berikutnya. 3. Komala Abu Said 1284 – 1298 M Komala Abu Said juga dikenal dengan Kaicil Siale. Ia adalah kolano ketiga Kerajaan Ternate menggantikan ayahnya. Pada masa kepemimpinan Komala Abu Said terjadi perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Ternate dari Sampala dipindahkan ke Foramadiahi. 4. Bakuku Kalabata 1298 – 1304 M Bakuku atau Kalibata adalah kolano keempat Kerajaan Ternate. Bakuku menerima estafet pemerintahan dari ayahnya, Komala Abu Said, pada tahun 1298 M. Akhir masa kepemimpinannya berada di tahun 1034 M. 5. Ngara Malamo Komala 1304 – 1317 M Raja selanjutnya yang masih menggunakan gelar kolano sebagai penyebutan raja adalah Komala Ngara Malamo. Kolano Ngara Malamo adalah inisiator untuk melakukan ekspansi wilayah. Ia segera Menyusun taktik politik untuk menguasai daerah – daerah di sekitarnya untuk memperbesar dan memperkuat Kerajaan Ternate. 6. Patsaranga Malamo 1317 – 1322 M Kolano Pastsaranga Malamo adalah raja keenam Kerajaan Ternate. Beliau memiliki nama alias yakni Syafiuddin dan Pancaranga Malamo. Patsaranga Malamo memerintah dari tahun 1317 hingga 1322 M. 7. Cili Aiya Sidang Arif Malamo 1322 – 1331 M Pergesekan Kerajaan Ternate dengan Kerajaan Tidore, Kerajaan Jailolo dan Kerajaan Bacan yang memperebutkan hegenomi territorial mulai tampak. Hal ini dipicu dari semakin maraknya pedagang dari Cina, Gujarat, Arab, Jawa dan juga Malaka yang singgah di kawasan pulau Maluku. Rivalitas yang ada semakin berlarut-larut dan menimbulkan konflik. Kolano Sidang Arif Malamo kemudian menginisiasi pertemuan raja raja di Kepulauan Maluku untuk bekerja sama menjalin persekutuan pada tahun 1322 M. Hasil dari pertemuan ini dikenal dengan Persekutan Moti, Motir Verbond, dan Moloku Kie Raha Empat Gunung Malauku yang merujuk pada empat raja yang hadir. Poin penting dari Moloku Kie Raha adalah bentuk kelembagaan di keempat kerajaan diseragamkan untuk meredakan ketegangan. Poin selanjutnya adalah adanya pembagian tugas untuk masing-masing kerajaan. Kerajaan Ternate dalam hal ini diserahi tugas sebagai Alam Makolano. Yaitu pihak yang ditunjuk untuk menjaga dan menjamin stabilitas dagang serta segala urusan yang bersifat keduniaan. Kerajaan Bacan berperan menjadi Dehe Makolano, yaitu pihak dengan tugas menjaga daerah perbatasan. Kerajaan Tidore memiliki peran selaku Kie Makolano. Yakni bagian yang menjaga dan menjamin tingkat keamanan di lingkup dalam negeri. Sedangkan Kerajaan Jailolo mengemban peran sebagai Jiko Makolano. Yaitu bagian persekutuan yang memperkuat benteng pertahanan untuk menangkal serangan maupun ancaman yang berasal dari luar. Setelah Moloku Kie Raha, aktivitas dagang di Kerajaan Ternate semakin menggeliat. Pelabuhan Talangame Bastiong menjadi pusat bandar dagang di Indonesia bagian timur. Selain itu, untuk menunjang kelancaran perdagangan antar bangsa, Kerajaan Ternate membangun pasar yang dilengkapi dengan fasilitas yang layak. 8. Panji Malamo 1331 – 1332 M Panji Malamo adalah kolano yang menggantikan Sidang Arif Malamo. Pada masa pemerintahannya rakyat hidup dengan damai. Bahkan ancaman dari Kerajaan Tidore di bidang militer berkurang secara drastis. 9. Syah Alam 1332 – 1343 M Kolano Syah Alam melakukan penyerangan ke Makian. Hal ini dilakukan untuk menguasai bandar dagang internasional di Makian dan potensi melimpahnya produksi rempah – rempah di daerah ini. 10. Tulu Malamo 1343 – 1347 M Penyerangan yang dilakukan Syah Alam sebelumnya, kemudian ditindaklanjuti oleh Kolano Tulu Malamo dengan pembatalan sepihak haril perjanjian Moloku Kie Raha. Kolano Tulu Malamo bertindak dengan menempatkan Kerajaan Ternate sebagai penguasa teratas. Keputusan ini kemudian menimbulkan rekasi keras dan gencatan senjata kembali digaungkan. 11. Kie Mabiji Abu Hayat I 1347 – 1350 M Kolano Abu Hayat melanjutkan politik ekspansi wilayah dengan berakhirnya perjanjian Moloku Kie Raha. Tetapi masa pemerintahannya tidak berlangsung lama, ia harus gugur dan digantikan oleh Ngolo Macahaya. 12. Ngolo Macahaya 1350 – 1357 M Di era kekuasaan Kolano Ngolo Macahaya, Kerajaan Ternate berhasil menundukkan kawasan Sula. Penaklukan daerah – daerah terus digencarkan. Termasuk di masa pemerintahan Kolano Momole Raja ke-13, 1357 – 1359 M, Kolano Gapi Malamo I Raja ke-14, 1359 – 1372 M, Kolano Gapi Baguna I Raja ke-15, 1372 – 1377 M, dan Kolano Komala Pulu Raja ke-16, 1377 – 1432 M yang berhasil menklukkan wilayah Maluku Tengah, Bum dan Seram Barat. Serta Kolano Marhum Gapi Baguna II Raja ke-17, 1432 – 1486 M yang melakukan penyerangan ke Kerajaan Jailolo. B. Raja Bergelar Sultan 18. Zainal Abidin 1486 – 1500 M Zainal Abidin adalah penerus dari Kolano Marhum. Menurut beberapa catatan sejarah, raja Kerajaan Ternate yang mulai memeluk agama islam pertama kali adalah Kolano Marhum. Peralihan agama kerajaan ini kemudian ditegaskan oleh Zainal Abidin yang mengganti gelar kolano menjadi sultan. Selain itu, Sultan Zainal Abidin juga menambahkan jolobe atau bobato ke dalam struktur pemerintahan Kerajaan Ternate yang terdiri dari para ulama. Sultan Zainal Abidin kemudian menuntut ilmu agama lebih dalam ke Sunan Giri yang berada di pulau Jawa. Ia kemudian mendapat sebutan Sultan Bualawa yang berarti Sultan Cengkih. 19. Sultan Bayanullah 1500 – 1522 M Sultan Bayanullah membuat peraturan wajib menggunakan pakaian islami di lingkungan Kerajaan Ternate. Kemudian mulai dikembangkan pula pembuatan perahu dan senjata untuk memperkuat posisi Kerajaan Ternate. Teknik untuk membuat perahu dan senjata diadaptasi dari orang-orang Arab dan Turki yang singgah di Kerajaan Ternate. Tahun 1506 untuk pertama kalinya Loedwijk de Bartomo atau Ludovico Varthema yang berkebangsaan Portugis berhasil mendarat di Ternate. Kemudian disusul oleh rombongan yang dipimpin Fransisco Serrao tahun 1512. 20. Hidayatullah 1522 – 1529 M Sultan Hidayatullah atau juga dikenal sebagai Sultan Dayalu adalah pewaris takhta kerajaan setelah Sultan Bayanullah. Namun karena masih berusia enam tahun akhirnya kepemimpinan dijalankan oleh ibunya Permaisuri Nukila dan pamannya Pangeran Taruwese. Hal ini memberikan momentum kepada Portugis untuk melancarkan politik adu domba. Permaisuri Nukila mendapat dukungan dari Tidore dihadapkan dengan Pangeran Taruwese yang besekutu dengan Portugis. Setelah memenangkan perang saudara, Portugis justru membunuh Pangeran Taruwese. 21. Abu Hayat II 1529 – 1533 M Sultan Abu Hayat II adalah adik dari Sultan Hidayatullah yang gugur dalam perang saudara melawan Pangeran Taruwese. Sultan Abu Hayat II sangat menentang Portugis yang sering ikut campur urusan Kerajaan Ternate. Akhirnya pada tahun 1531 Sultan Abu Hayat II difitnah melakukan pembunuhan terhadap Gonzalo Pereira, Gubernur Portugis, dan dihukum tangkap. Pada Tahun 1533, Sultan Abu Hayat II dibuang ke Malaka dan wafat di tahun yang sama. 22. Tabariji 1533 – 1534 M Kedudukan Portugis di Kerajaan Ternate Sultan Tabariji adalah saudara tiri dari Sultan Abu Hayat II. Pengaruh Portugis yang sangat kuat di internal Kerajaan Ternate membuatnya dapat melengserkan penguasa yang tidak pro dengannya. Hal ini terjadi pada Sultan Tabariji yang kemudian diasingkan ke daerah Goa, India. Sultan Tabariji dipaksa untuk menyepakati perjanjian penyerahan sebagian wilayah Ternate dan mengubah haluan kerajaan menjadi Kristen. Sebagai imbalan Sultan Tabariji akan dikembalikan ke Ternate dan mendapatkan kembali kedudukannya. Namun, pada perjalanan menuju Ternate Sultan Tabariji wafat. Oleh karenanya siasat Portugis ini menjadi bias, dan Khariun Jamil berkuasa untuk naik takhta sebagai sultan Kerajaan Ternate. 23. Khairun Jamil 1535 – 1570 M Kedudukan Portugis di Kerajaan Ternate Sultan Khairun mengumukan perang mengusir Portugis dari Ternate. Portugis yang sudah mempunyai benteng pertahanan dan titik kekuatan hampir di seluruh Maluku menjadi sangat kuat. Memanfaatkan Aliansi Tiga, yang terdiri dari Ternate, Demak dan Aceh, Kerajaan Ternate meneror posisi Portugis di selat Malaka. Hal ini berakibat pasukan Portugis di Maluku tidak bisa mendapatkan bala bantuan. Kemudian Gubernur Portugis bernama Lopez de Mesquita melakukan intrik jahat dengan membunuh Sultan Khairun saat melakukan perundingan. 24. Baabullah Datu Syah 1570 – 1583 M Relief di Tugu Cengkeh Menceritakan Keberhasilan Pengusian Portugis dari Ternate. Sumber Terbunuhnya Sultan Khairun semakin melecutkan semangat penduduk Ternate untuk mengusir Portugis. Kerajaan Ternate dibantu seluruh Maluku kemudian berhasil menggempur pos pertahanan Portugal di wilayah Indonesia bagian Timur. Akhirnya kemenangan berpihak ke Kerajaan Ternate setelah Portugis berhasil dipukul keluar dari Ternate tahun 1575. Sultan Baabullah berhasil membawa masa kejayaan Kerajaan Ternate dan mendapat julukan penguasa 72 pulau. 25. Said Barakat Syah 1583 – 1606 M Kerajaan Ternate menjadi semakin lemah sepeninggalan Sultan Baabullah. Serangan Spayol yang bersekutu dengan Portugis terjadi 1580. Aliansi dengan Mindanao ternyata tidak cukup untuk menangkal serangan dari Spanyol. Sultan Said Barakati Syah ditawan oleh pihak Spanyol kemudiang dilakukan politik buang ke Manila. 26. Mudaffar Syah I 1607 – 1627 M Kekalahan yang terus dialami Kerajaan Ternate membuat Sultan Mudaffar Syah I meminta bantuan ke Belanda. Atas bantuan Belanda, Spayol dapat diusir dari wilayah Ternate. Namun hal ini mendatangkan polemik lain, yaitu penandatanganan kontrak yang menyetujui Belanda atas nama VOC memonopoli perdagangan rempah rempah di Maluku. Belanda juga meminta hak untuk memdirikan benteng pertahanan bernama Oranje di wilayah Ternate pada tahun 1067. 27. Hamzah 1627 – 1648 M Sultan Hamzah pada masa pemerintahannya menginisiasi pembangunan masjid jami’ Kerajaan Ternate. Masjid ini dibangun sebagai pusat kegiatan agama penduduk Kerajaan Ternate. 28. Mandarsyah 1648 – 1650 M, masa pertama Bangsawan Ternate tahun 1650 meletuskan pemberontakan karena Sultan Mandarsyah dianggap terlalu berpihak kepada Belanda. Pangeran Saidi panglima tertinggi Kerajaan Ternate, Pangeran Majira Raja Ambon dan Pangeran Kalamata Adik Sultan Mandarsyah bersekutu melakukan kudeta untuk menggulingkan kepemimpinan. 29. Manila 1650 – 1655 M Sultan Manila dinobatkan menjadi raja Kerajaan Ternate menggantikan Sultan Mandarsyah. Namun pada tahun 1655 M, Belanda dibawah kepemimpinan Laksamana Arnold de Vlamingh van Oudshoorn memberikan bala bantuan untuk melemahkan aliansi pemberontak dan memulihkan kekuasaan Sultan Mandarsyah. Pangeran Saidi dibunuh dengan keji, sedangkan Pangeran Kalamata dan Pangeran Majira diasingkan oleh Belanda. 30. Mandarsyah 1655 – 1675 M, masa kedua Sultan Mandarsyah kembali menduduki posisi raja Kerajaan Ternate pada tahun 1655. Selama periode kedua kepemimpinannya ini Ia tetap tidak bisa melepaskan ketergantungan dari tangan VOC. Hal ini membuat keputusan yang dikeluarkannya bersifat ambivalen. Kontradiksi dari sikap Sultan Mandarsyah ini kemudian memicu pemberontakan yang dilancarkan oleh putranya, Sibori Amsterdam. 31. Sibori 1675 – 1689 M Sultan Muhammad Nurul Islam atau Sultan Sibori Amsterdam setelah berhasil memberontak ke ayahnya naik takhta pada tahun 1675. Daerah strategis sudah dikuasai oleh Belanda, maka Sultan Sibori terpaksa melipir ke Jailolo. Ia meneruskan perjuangan untuk melemahkan kekuasaan Belanda atas kepulauan Maluku. Namun karena himpitan Belanda semakin kuat, Sultan Sibori terpaksa menandatangani kontrak perjanjian tanggal 7 Juli 1683 untuk menjadikan Kerajaan Ternate sebagai dependen Belanda. Kedaulatan Kerajaan Ternate pun runtuh. Meski begitu bagunan fisik kerajaan tetap dipertahankan dan garis keturunan raja tetap menjalankan roda kepemimpinan di bawah naungan Belanda. Raja raja tersebut terdiri dari Sultan Said Fatahullah Sultan ke-33, 1689 – 1714 M, Sultan Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin Sultan ke-34, 1714 – 1751M, Sultan Ayan Syah Sultan ke-35, 1751 – 1754 M, Sultan Syah Mardan Sultan ke-36, 1755 – 1763 M, Sultan Jalaluddin Sultan ke-37, 1763 – 1774 M, Sultan Harunsyah Sultan ke-38, 1774 – 1781 M, Sultan Achral Sultan ke-39, 1781 – 1796 M, Sultan Muhammad Yasin Sultan ke-40, 1796 – 1801 M, Sultan Muhammad Ali Sultan ke-41, 1807 – 1821 M, Sultan Muhammad Sarmoli Sultan ke-42, 1821 – 1823 M, Sultan Muhammad Zain Sultan ke-43, 1823 – 1859 M, Sultan Muhammad Arsyad Sultan ke-44, 1859 – 1876 M, Sultan Ayanhar Sultan ke-45, 1879 – 1900 M, dan Sultan Muhammad Ilham Sultan ke-46, 1900 – 1902 M. 47. Haji Muhammad Usman Syah 1902 – 1915 M Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI KIT 270/54 Setelah begitu lama Kerajaan Ternate berada di bawah kendali Belanda, akhirnya Sultan Haji Muhammad Usman Syah naik takhta dan mulai Menyusun kembali pergerakan untuk melawan Belanda. Usaha Sultan Haji Muhammad Usman Syah diawali dari rakyat Banggai dengan Hairuddin Tomagola sebagai panglima. Tetapi usaha penyerangan ini menuai kegagalan. Walaupun begitu Kapita Banau yang membawahi rakyat Jailolo, Tuwada, Tudowongi, dan Kao sukses membuat kekacauan yang merugikan Belanda. Meskipun begitu, Belanda dengan kelengkapan militer yang lebih modern membuatnya dapat membalik keadaan. Kapita Banau ditangkap lalu dibunuh. Sedangkan Sultan Haji Muhammad Usman Syah dilengserkan dari jabatan Sultan Kerajaan Ternate lalu tahun 1915 dikirim ke Bandung untuk diasingkan. 48. Iskandar Muhammad Jabir Syah 1929 – 1975 M Pertemuan Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah dari Kerajaan Ternate dengan Dr. Van Mook di Australia. Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI, NIGIS No. A 12792 Kerajaan Ternate mengalami kekosongan kepemimpinan selama 14 tahun sebelum Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah dinobatkan sebagai Sultan pada tahun 1929 M. Awalnya Pemerintah Hindia Belanda berniat untuk menghancurkan Kerajaan Ternate, namun mempertimbangkan perlawanan yang akan diterima dari masyarakat pendukungnya akhirnya hal tersebut tidak dilakukan. 49. Haji Mudaffar Syah Mudaffar Syah II 1975 – 2015 M Dewan Bobato 18 melalukan sidang untuk menentukan raja pengganti dari Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah. Hasilnya kemudian ditunjuk Mudaffar Syah sebagai sultan di Kerajaan Ternate. Karena gejolak Kerajaan Ternate yang masih terjadi, Mudaffar Syah sempat menolak, namun akhirnya menerima dan dinobatkan menjadi sultan. Sultan Mudaffar mempunyai misi untuk membentuk rakyat Ternate yang agamis. Upayanya terlihat dari adanya Jumat Suci di wilayah Ternate. Jumat Suci dilakukan dengan menghentikan semua kegiatan, dan menggantinya dengan membaca Al Quran. Setelah Sultan Mudaffar Syah wafat pada tahun 2015, eksistensi Kerajaan Ternate dinyatakan selesai karena tidak ada lagi penerus yang bisa melanjutkan tampuk kepemimpinan kerajaan. Kehidupan di Kerajaan Ternate A. Kehidupan Ekonomi Ilustrasi kegiatan perdagangan rempah-rempah di Pelabuhan Ternate. Sumber Roda penggerak perekonomian di Kerajaan Ternate adalah pertanian, perdagangan dan sebagian kecil perikanan. Hasil pertanian utama yang dihasilkan dan menjadi daya tarik utama bangsa Eropa adalah rempah-rempah lada, cengkeh dan pala. Perdagangan rempah-rempah yang menggeliat menjadikan Kerajaan Ternate menjadi makmur dan mengalami perkembangan kesejahteraan yang signifikan. B. Kehidupan Sosial & Budaya Korp Musik Kerajaan Ternate Tahun 1893. Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI KIT 217/ 50 Penari Kerajaan Ternate 1930. Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI KIT 1095/79 Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Ternate terlihat dari interaksi masyarakat lokal dengan pedagang asing yang singgah di kawasan ini. Berbagai pengaruh terjadi termasuk penyebaran agama Islam yang dibawa oleh pedagang dari Arab dan juga adama Katolik yang disebarkan oleh Fransiscus Xaverius, seorang misionaris berkebangsaan portugis. Setelah Islam menjadi agama utama di Ternate, setelah kedatangan bangsa Portugis agama Katolik mulai berkembang di sebagian wilayah Ternate, Ambon dan pulau Halmahera. Sementara itu, kehidupan budaya adanya Kerajaan Ternate memberikan pengaruh terhadap meningkatnya penggunaan Bahasa Ternate di Indonesia bagian timur khususnya penduduk yang mendiami daerah Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur, Maluku dan sebagian Papua. Meskipun menggunakan dialek yang berbeda tetapi bahasa yang dinomorsatukan adalah bahasa ternate. Selain itu, di Kerajaan Ternate sudah mengenal musik dan tari-tarian. Hal ini terbukti dari adanya Korp. musik dan tari-tarian untuk penyambutan ketika ada tamu di Kerajaan Ternate. C. Kehidupan Politik Prajurit Kerajaan Ternate. Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI KIT 453/86 Prajurit Kerajaan Ternate Tahun 1893. Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI KIT 1095/ 85 Kehidupan politik Kerajaan Ternate bertumpu pada filosofi Jou Sengofa Ngare. Filosofi ini mewajibkan sultan menjadi ujung tombak dari keselamatan dan kesejahteraan segenap rakyat Kerajaan Ternate. Sultan diposisikan sebagai khalifah sehingga perlakuan dzolim adalah larangan keras, termasuk kepada rakyatnya. Apabila Sultan melakukan pelanggaran maka rakyat berhak melayangkan kritik melalui dean legu kedaton. Kerajaan Ternate mengalami gejolak politik yang hebat. Ancaman dan perjuangan tidak hanya berasal dari kerajaan lain tetapi juga dari kolonial bangsa asing. Setelah berhasil mengentaskan diri dari perang saudara, Kerajaan Ternate masih harus terus berjuang untuk mengusir penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan bahkan juga Jepang. Keberhasilan Kerajaan Ternate memukul mundur Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah adalah salah satu bukti bahwa Kerajaan Ternate menduduki posisi penting dalam sejarah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Masa Kejayaan Lambang Kerajaan Ternate. Sumber Kerajaan Ternate berada di puncak kejayaan pada abad ke-16 akhir. Tepatnya ketika Kerajaan Ternate dipimpin oleh Sultan Baabullah. Bukti kejayaannya terletak pada wilayah kekuasaannya yang luas. Bahkan Sultan Baabullah mendapat julukan Sultan 72 Pulau karena berhasil menundukkan kepulauan sebanyak itu. Daerah yang dikuasai Kerajaan Ternate membentang dari wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Timur dan semua pulau pulau kecil yang terhampar di sebelah barat hingga mencapai kepulauan Marshall. Wilayah Filipina bagian utara berhasil diduduki sampai kepulauan Kai. Pulau Nusa Tenggara juga berhasil dikuasai hingga bagian selatan. Sultan Baabullah kemudian menunjuk Sangaji sebagai wakil Kerajaan Ternate yang ditempatkan di masing-masing wilayah kekuasaan. Penyebab Runtuhnya Kerajaan Ilustrasi Kekuasaan Belanda di Kerajaan Ternate. Sumber Kerajaan Ternate runtuh akibat adanya adu domba yang digerakkan oleh koalisi Portugis dan Spanyol. Untuk menangkal gempuran yang terjadi secara terus menerus, akhirnya Sultan Mudaffar Syah I menjalankan politik aliansi dengan Pemerintah Hindia Belanda. Bantuan yang diberikan kemudian harus dibayar mahal karena setelahnya Kerajaan Ternate berada di bawah pengaruh Belanda. Disebabkan tekanan Belanda semakin mendesak, Sultan Sibori Amsterdam terpaksa menandatangani sebuah perjanjian yang menegaskan Kerajaan Ternate sebagai dependen Belanda pada tanggal 7 Juli 1683. Sejak saat itu kedaulatan di Kerajaan Ternate pun runtuh. Silsilah raja di Kerajaan Ternate tetap dilanjutkan meskipun berada di bawah naungan Belanda. Saat Indonesia memperoleh kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Kerajaan Ternate tunduk dan meleburkan diri menjadi bagian dari NKRI. Meskipun begitu hingga pada tahun 2015 Kerajaan Ternate masih memiliki sultan yang aktif. Setelah sultan terakhir dari Kerajaan Ternate wafat dan tidak ada keturunan yang mumpuni untuk menggantikan, akhirnya posisi Kerajaan Ternate saat ini digunakan sebagai simbol adat dan lambing kejayaan Islam di Indonesia bagian timur. Peninggalan dan Sumber Sejarah a. Istana Sultan Ternate Istana Sultan Ternate berlokasi di pesisir daerah Soa-Sio, Kelurahan Letter C, Ternate, Provinsi Maluku Utara. Istana Sultan Ternate menjadi salah satu benda cagar budaya Indonesia sejak 7 Desember 1976. Kerajaan Ternate diserahkan kepada Pemerintah Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk dilakukan pemugaran pada masa pemerintahan Sultan Mudafar Syah. Bangunan istana menghadap ke arah laut dan dikelilingi dinding dengan ketinggian kurang lebih 3 meter. Desain interiornya dipenuhi dengan hiasan yang terbuat dari emas. Di dalam istana ini ada beberapa benda tinggalan kerajaan seperti mahkota raja, perhiasan emas, juga baju kebesaran raja yang disulam menggunakan benang emas. Komplek perumahan anggota kerajaan masih berada di sekitar bangunan istana. Di lokasi yang sama dengan istana terdapat makam raja terdahulu dan masjid jami Kerajaan Ternate. b. Masjid Jami Ternate Masjid Jami Kerajaan Ternate juga dikenal dengan nama Sigi Lamo. Pembangunannya dilakukan saat berkuasanya sultan ke-28 Kerajaan Ternate. Arsitektur Masjid berbentuk limah dengan 6 undakan. Beberapa hal unik yang melekat dengan Masjid Jami Kerajaan Ternate antara lain adalah kewajiban mengenakan kopiah saat memasuki masjid, dan juga larangan menggunakan sarung. Sehingga, jika ingin beribadah di masjid ini hendaknya menggunakan celana panjang. c. Makam Raja Makam Sultan Baabullah terletak di pucak bukit Foramadiahi. Akses menuju makam dilalui dengan pendakian di kaki gunung Gamalama kurang lebih 1 km. Jalananya dibangun tembok dengan pohon cengkih dan pala berada di sisi kiri dan kanan jalan. d. Al Quran Tulisan Tangan Al Quran tulis tangan peninggalan Kerajaan Ternate adalah Al Quran tertua di Asia Tenggara. Penulisannya dilakukan di pelepah kulit kayu menggunakan tinta berwarna hitam dan merah. Saat ini Al Quran tulis tangan ini tersimpan di kediaman Saleh Panggo Gogo, di Alor Besar, Nusa Tenggara Timur. Hal ini menjadi bukti penyebaran islam di kepulauan Alor yang dilakukan oleh Kerajaan Ternate tahun 1519. e. Alat Perang Alat perang Kerajaan Ternate yang digunakan di masa lalu masih tersimpan dengan apik di dalam bangunan Istana. Jenis alat perang tersebut terdiri dari tombak dengan ujungnya berbentuk lancip yang terbuat dari logam, tongkat kebesaran pasukan kerajaan, pedang, pakaian perang dan lain lain. f. Benteng Tolukko Benteng Tolukko adalah benteng buatan bangsa Portugis ketika berada di Ternate dengan mengantongi izin dari Sultan Kerajaan Ternate. Benteng ini dibangun tahun 1540 atas prakarsa Panglima Fransisco Serao di sepanjang daerah Sangadji, Ternate Utara, Kota Ternate. Konstruksinya terbuat dari batu kali, pecahan batu bata dan batu karang yang dicampur dengan pasir dan batuan kapur sebagai perekat. Demikian ini pemaparan mendetail tentang Kerajaan Ternate. Semoga ulasan ini semakin membuat kita open minded terhadap hikmah rasional yang bisa diambil dari cerita sejarah. Kerajaan Ternate adalah semangat dari masa lalu yang menggemakan antikolonialisme dengan gigih. Kekuatan positif yang hebat ini membuktikkan bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia sudah tercetak menjadi bangsa yang kuat dan tangguh. Mudah-mudahan spirit ini bisa kita implementasikan untuk membangun Indonesia yang lebih keren. Tradisi dan Budaya Islam di Ternate – Masuknya islam ke maluku erat sekali dengan kegiatan perdagangan. Para pedagang dan ulama yang singgah ke Maluku demi mencari rempah rempah menyebarkan islam disana. Mulai dari cara berdagang secara islam, perbuatan baik hingga bentuk kerajaan yang kini menjadi kesultanan. Salah satu kerajaan islam yang cukup berkembang di Maluku adalah kerajaan Ternate. Maka tak heran jika Ternate menjadi salah satu kerajaan islam tertua di sejarawan mengungkapkan ternate pertama kali mulai menerima islam sebagai agama dan tradisi pada tahun 1986. Tahun ini disebut sebut sebagai dimulainya islamisasi di Ternate. Bainullah yang menggantikan sultan Zainal Abidin mulai menerapkan hukum dan tradisi islam secara menyeluruh yakni melalui beberapa kebijakan. Diantaranya adalah para kaum lelaki maupun perempuan memakai pakaian islami. Dan kebijakan beliau lainnya adalah memberlakukan perkawinan secara kini sudah menjadi salah satu identitas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat Ternate. Hal ini sangat jelas terlihat dengan berdirinya masjid kesultanan Ternate dan beberapa masjid lainnya. Bukan hanya masjid di kedaton tempat sultan berdiam, juga terdapat peninggalan berupa Al-Quran tertua yang terbuat dari kulit Tradisi dan Budaya Islam di Ternate1. Ritual Kolano Uci Sabea Turunnya Sultan ke MasjidSelanjutnya adalah sebuah ritual wajib yang dilakukan oleh sultan dan masyarakat Ternate yakni ritual kolano uci sabea yang bermakna turunnya sultan ke masjid untuk sholat dan berdoa. Ini adalah pesona religi yang menarik dan berbeda dengan kesultanan lainnya di Indonesia. karena dalam proses ini, sang sultan di tandu dan dikawal masyarakat adat Ternate dari kedaton menuju masjid sultan. Usai melaksanakan sholat teraweh, sultan akan kembali ke kedaton dengan ditandu seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di kedaton, sultan bersama permaisuri akan memanjatkan doa di ruangan khusus tepatnya diatas makam para berdoa, sultan dan permaisuri akan menerima rakyatnya untuk bertemu, bersalaman, bahkan mencium kaki sultan dan permaisuri sebagai tanda kesetiaan. Dalam satu tahun, ritual kolano suci sabea dilaksanakan empat kali. Malam qunut, malam lailatul qadar, serta pada hari raya idul fitri dan idul tradisi dan budaya islam di Ternate ini dilakukan secara turun temurun oleh setiap sultan Ternate hingga Masjid Kesultanan TernateMasjid ini menjadi bukti sejarah bagaimana islam pertama kali masuk di kota Ternate. Masjid sultan Ternate mulai dibangun pada tahun 1606 saat berkuasanya sultan ternate ke 28 mandarsyah. Setelah melewati tiga kepemimpinan, masjid ini baru rampung pada masa pemerintahan sultan hamzah pada tahun sultan Ternate dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu yang direkatkan dengan campuran kulit kayu pohon kalumpa. Dengan model bangunan yang bermodel segi empat dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tiap tumpang dipenuhi trali berukir 360 buah sesuai jumlah hari dalam yang juga disebut Sigi Lamo ini juga mempunyai larangan larangan yang tegas yang sampai kini masih dijalankan sesuai dengan amanah sultan dan tradisi. Diantaranya adalah larangan memakai sarung atau wajib menggunakan celana panjang bagi para jamaahnya. Kewajiban memakai penutup kepala atau kopiah, berbagai aturan ini konon berasal dari petuah petuah para leluhur yang juga disebut Doro Bololo, Dalil Tifa, serta Dalil Moro yang hingga kini masih ditaati oleh masyarakat ternate, terutama di lingkungan Asida, Makanan Khas Berbuka PuasaRamadhan di Ternate juga sangat berkesan terutama makanan satu ini yang disajikan ketika buka puasa. Berbekal makanan seperti tepung terigu, gula merah, gula pasir, susu kental manis, mentega, santan secukupnya, garam, fanili perasa dan kenari. Proses memasak asida ini membutuhkan waktu sekitar 3 jam lamanya. Setelah matang, siapkan piring dan oleskan mentega lalu taruh diatas piring dan dibentuk seperti gundukan. Asida pun siap juga Tradisi Bersyukur di Indonesia yang UnikDemikian informasi tentang Tradisi dan Budaya Islam di Ternate yang merupakan pusat penyebaran Islam dimasa perdagangan dulu. Kerajaan Ternate – Kesultanan Ternate berdiri sejak abad ke-13 Masehi, Di mana letak Kerajaan ternate? kerajaan terletak di Maluku Utara. Kesultanan Ternate merupakan kerajaan Islam tertua yang ada di Maluku. Pada tahun 1257 tepatnya pada saat didirikan oleh Momole Ciko yang memiliki gelar Bahan Mashur Malamo kesultanan bukan kerajaan uang bercorak Islam. Tetapi pada abad ke-15 Masehi agama Islam masuk ke Maluku dan Raja Ternate pertama yang memeluk agama Islam ialah Kolano Marhum 1466-1468. Lalu bagaimana cerita sejarah dari masa kejayaan, masa runtuhnya kerajaan sampai dengan peninggalan kerajaan? Simak penjelasan berikut ini! Sejarah Kerajaan Ternate Kerajaan Gapi atau yang lebih dikenal dengan Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 oleh Baab Mashur Malamo. Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam tertua yang ada di Nusantara. Kesultanan Ternate terdiri dari wilayah Maluku, Sulawesi Utara, timur, dan tengah. Kemudian bagian selatan kepulauan Filipina hingga Kepulauan Marshall di Pasifik. Masuknya agama Islam dibantu dengan kegiatan yakni perdagangan. Sejarah Kerajaan Islam mulai menyebar dari wilayah Malaka dan juga Jawa pada abad ke-15. Sehingga di wilayah Maluku disebut dengan Kue Raha Maluku Empat Raja nama tersebut dikarenakan di Maluku sendiri terdapat 4 kerajaan Islam. Kerajaan tersebut meliputi Kesultanan Ternate dibawah kepemimpinan Sultan Zainal Abidin 1480-1500, Kesultanan Tidore di bawah kepemimpinan Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo dibawah kepemimpinan Sultan Sarajati dan yang terakhir yakni Kesultanan Bacan dibawah kepemimpinan Sultan Kaicil Buko. Kedua kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera Maluku Utara dulunya adalah kerajaan yang bekerjasama untuk menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang ingin mencoba untuk menguasai Maluku. Tetapi perkembangan yang selanjutnya, kedua kerajaan tersebut bersaing untuk merebutkan Hegemoni Politik yang ada di kawasan Maluku. Kedua kerajaan tersebut juga penghasil rempah-rempah yakni pala dan cengkeh. Sehingga dikenal menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Kesultanan Ternate menguasai wilayah sebagian besar yakni Maluku, Gorontalo, dan Banggai yang ada di Sulawesi bahkan sampai Flores dan Mindanao. Sedangkan Kesultanan Tidore berkuasa di wilayah Maluku yang berada di bagian Timur dan juga pantai-pantai Irian Papua. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate Masa Kejayaan Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Baabullah. Pada saat itu Sultan Baabullah berhasil menyingkirkan kekuasaan dari orang Portugis dan juga Maluku Utara. Keberhasilan lainnya yang dilakukan oleh Sultan Baabullah adalah berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya hingga ke wilayah Mindanao yakni yang berada di sebelah Utara dan disebelah selatan Hitu Ambon. Ternate memiliki kekuasaan sebanyak 72 pulau besar dan juga kecil. Kesultanan Ternate juga mencapai kejayaan dan bidang perdagangan rempah-rempah dan juga kekuatan militernya pada abad ke-13 hingga abad ke-19 Masa Runtuhnya Kerajaan Ternate Masa Runtuhnya Runtuhnya Kerajaan Ternate disebabkan adanya adu domba yang dilakukan oleh bangsa asing, yakni Portugis dan Spanyol. Bangsa asing tersebut berusaha untuk memonopoli daerah yang merupakan penghasil rempah-rempah. Hal tersebut diketahui oleh Sultan Ternate dan juga Sultan Tidore sehingga mereka bersatu untuk mengusir Portugis dan juga Spanyol. Hal tersebut berhasil dilakukan, sehingga Portugis dan Spanyol meninggalkan Kepulauan Maluku. Tidak lama dari kejadian tersebut, Belanda membentuk VOC dengan tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah yang ada di Maluku. Belanda menyusun strategi dan cara kerja yang rapi cara kerja yang rapi dan terkontrol, sehingga mereka berhasil menaklukan Kesultanan Ternate. Kehidupan Kerajaan Ternate Kehidupan yang ada pada masyarakat Kesultanan Ternate dibagi menjadi 3 aspek yakni, Aspek Politik, Aspek Ekonomi dan Aspek Sosial dan Budaya. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing aspek yang ada! Kehidupan Politik Kerajaan Ternate Kehidupan Politik Kerajaan Ternate merupakan pemimpin Uli Lima. Uli Lima adalah persekutuan lima bersaudara. Sedangkan Uli Siwa mempunyai arti persekutuan sembilan bersaudara. Pada saat itu Portugis lebih memihak dan juga membantu Ternate, karena mereka beranggapan bahwa Ternate jauh lebih kuat. Sedangkan Spanyol lebih memilih kerajaan Tidore. Hal tersebut mengakibatkan peperangan antara 2 bangsa kulit, peperangan tersebut menyebabkan Paus turun tangan dan membuat perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut berisi bahwa bangsa Spanyol harus bersedia meninggalkan Maluku yang kemudian pindah ke Filipina. Sedangkan untuk Portugis sendiri tetap berada di Maluku. Pada saat itu Portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Tetapi tindakan tersebut mendapat kebencian dari rakyat dan juga pejabat dari kerajaan Ternate sendiri. Sehingga pada saat itu Sultan Hairun secara langsung menentang politik monopoli yang dilakukan oleh bangsa portugis. Sedangkan pada masa Sultan Baabullah yang merupakan putra dari Sultan Hairun memilih untuk bangkit dan menengang Portugis. Sehingga Portugis berhasil dikalahkan dan meninggalkan benteng pada tahun 1575 Masehi. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Ternate Kehidupan Ekonomi Pertanian dan perdagangan merupakan mata pencaharian utama dari Masyarakat Maluku. Hal ini didukung oleh tanah yang ada di Maluku subur dan dipenuhi dengan hutan rimbah, sehingga cengkih dan pala banyak di wilayah tersebut. Rempah-rempah yang paling sangat di perlukan untuk obat-obatan adalah cengkih dan juga Pala. Sehingga rempah-rempah menjadi bahan yang harus tersedia terutama di daerah dingin seperti Eropa. Hasil tersebutlah yang membuat rakyat Maluku maju secara pesat. Karena perkembangan perdagangan secara pesat, hal ini mengakibatkan terbentuknya suatu persekutuan. Tetapi tidak hanya pertanian dan perdagangan, tetapi mata pencaharian juga mendukung meningkatnya perekonomian dari Masyarakat. Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Ternate Kehidupan Sosial dan Budaya Portugis datang ke wilayah Ternate dengan tujuan untuk menjalin perdagangan dan juga mendapatkan rempah rempah, bukan hanya itu Portugis juga berniat untuk mengembangkan agama Katolik. Sehingga pada tahun 1534 agama Katolik berhasil menguasai Halmahera, Ternate, dan juga Ambon. Portugis berhasil memancing pertikaian dari para pemeluk agama. Hal ini dikarenakan sebagian dari penduduk Ternate merupakan pemeluk agama Islam. Hal ini mengakibatkan Portugis seolah-olah menguasai bidang pemerintahan yang ada. Hal tersebut tidak berhenti, pada saat Belanda masuk ke wilayah Maluku. Pemeluk agama Katolik harus pindah menjadi agama Protestan. Hal tersebut menimbulkan masalah sosial yang sangat besar dan masyarakat menjadi semakin tertekan. Di bawah kepemimpinan Sultan Ternate, masyarakat mengibarkan perang umum. Tetapi hal tersebut dapat diatasi oleh kompeni Belanda. Sehingga masyarakat tidak bisa menentang dan hidup dengan memprihatinkan pada zaman Kompeni Belanda. Untuk kehidupan Budaya sendiri. Rakyat Maluku didominasi oleh aktivitasnya perekonomian. Tidak begitu banyak budaya yang dihasilkan oleh Masyarakat Maluku. Raja Kerajaan Ternate Siapa raja kerajaan ternate? Kerajaan Ternate juga dipimpin oleh beberapa raja, baik itu disaat sebelum memeluk agama Islam atau sesudah memeluk agama Islam. Daftar Raja Masa Pra-Islam 1257 – 1277 Ciko atau Baab Mashur Malamo 1277 – 1284 Poit atau Kaicil Yamin 1284 – 1298 Siale atau Kaicil Kamalu 1298 – 1304 Kalabatta atau Kaicil Bakuku 1304 – 1317 Komala atau Ngara Malamo 1317 – 1322 Patsyaranga Malamo 1322 – 1331 Sida Arif Malamo 1331 – 1332 Paji Malamo 1332 – 1343 Shah Alam 1343 – 1347 Tuhu Malamo 1347 – 1350 Boheyat atau Kaicil Kie Mabiji 1357 – 1357 Ngolo Mahacaya 1357 – 1359 Momole 1359 – 1372 Gapi Malamo 1372 – 1377 Gapi Baguna I 1377 – 1432 Kumala Putu 1432 – 1405 Gapi Baguna II Daftar Raja Masa Islam 1466 – 1468 Kolano Marhum 1486 – 1500 Sultan Zainal Abidin 1500 – 1522 Sultan Bayan Sirullah 1522 – 1529 Sultan Deyalo 1529 – 1532 Sultan Boheyat 1532 – 1535 Sultan Tabariji 1535 – 1570 Sultan Khairun Jamil 1570 – 1583 Sultan Babullah 1583 – 1606 Sultan Saidi Saifuddin 1606 – 1610 Sultan Hidayat 1610 – 1627 Sultan Mudaffar 1627 – 1648 Sultan Hamzah 1648 – 1672 Sultan Mandar Syah 1672 – 1690 Sultan Sibori 1690 – 1692 Kekuasaan Ternate dijalankan para Bobato 1692 – 1714 Kaicil Toloko 1714 – 1751 Kaicil Raja Laut 1751 – 1754 Oud Hoorn 1754 – 1777 Sahmardan 1777 – 1796 Arunsah 1796 – 1801 Sarka atau Sarkan 1801 – 1807 Muhammad Yasin 1807 – 1823 Sarmole van der Parra 1823 – 1861 Muhammad Zain 1861 – 1876 Muhammad Arsyad 1876 – 1900 Ayanhar II 1900 – 1902 Haji Muhammad Ilham 1902 – 1914 Haji Muhammad Usman 1914 – 1927 Kekuasaan Kesultanan Ternate lowong 1929 – 1975 Iskandar Muhammad Jabir Syah 1975 – 2015 Haji Mudaffar Syah Mudaffar Syah II Peninggalan Kerajaan Ternate Kesultanan Ternate juga meninggalkan beberapa bukti peninggalan-peninggalan yang ada. Peninggalan-peninggalan Istana Sultan Ternate Benteng Kerajaan Ternate Masjid yang berada di Ternate Penutup Demikian penjelasan tentang Kesultanan Ternate, pembahasan yang dimulai dari sejarah, masa kejayaan dan masa runtuhnya kerajaan, cerita tentang kehidupan masyarakat yang ada pada saat itu, silsilah raja dan juga peninggalan dari kerajaan Ternate. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa menambahkan wawasan buat kalian semua terutama pada bidang sejarah, karena sejarah bukan untuk dilupakan, tapi sejarah untuk dijaga dan dirawat! Kerajaan TernateSumber Referensi ArticlePDF Available AbstractTulisan ini menjelaskan kehidupan masyarakat Ternate dalam dimensi sejarah. Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 M dengan raja kolano pertama bernama Baab Mansur Malamo. Masyarakat Ternate mendiami daerah kepulauan Ternate secara turun temurun dan masih setia melaksanakan adat istiadat kesultanan Ternate yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Masyarakat Ternate tumbuh dan berkembang dengan segala keragaman budayanya. Berdasarkan catatan di daerah Ternate terdapat 12 sub etnis suku dengan 13 bahasa lokal. Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di Ternate kental dengan budaya Islam yang dianut oleh Kesultanan Ternate. Marimoi Ngone Futuru Masidika Ngone Foruru adalah ajakan ke arah solidaritas dan persaudaraan antar etnis di Ternate. Potensi budaya ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 217 MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN TERNATE DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Rustam Hasim Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FKIP-UNKHAIR Email rustamhasyim Diterima 08-09-2019 Direvisi 15-10-2019 Dipublikasi 04-11-2019 Abstrak. Tulisan ini menjelaskan kehidupan masyarakat Ternate dalam dimensi sejarah. Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 M dengan raja kolano pertama bernama Baab Mansur Malamo. Masyarakat Ternate mendiami daerah kepulauan Ternate secara turun temurun masih setia melaksanakan adat istiadat kesultanan Ternate yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Masyarakat Ternate tumbuh dan berkembang dengan segala keragaman budayanya. Berdasarkan catatan di daerah Ternate terdapat 12 sub etnis suku dengan 13 bahasa lokal. Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di Ternate kental dengan budaya Islam yang dianut oleh Kesultanan Ternate. Marimoi Ngone Futuru Masidika Ngone Foruru adalah ajakan kearah solidaritas dan persaudaraan antar etnis di Ternate. Potensi budaya ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan. Kata Kunci Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate. PENDAHULUAN Ternate mengemuka dalam catatan sejarah terutama karena hasil rempah-rempahnya. Tanahnya yang subur menjadikan Ternate penghasil cengkeh dan pala terpenting di Kepulauan Maluku. Keadaan itu didukung oleh posisi geografisnya yang terletak dalam kesatuan lintasan Laut Maluku, Sulawesi, dan Laut Sulu yang merupakan satu kesatuan, sehingga menempatkan kawasan ini sebagai bagian dari jalur utama internasional. Menurut Leonard Y. Andaya, perdagangan rempah-rempah di Ternate menjadi penggerak aktivitas perniagaan di kawasan Asia Tenggara dan memunculkan interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya di Nusantara Leonard Y. Andaya, 1973. Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan, hubungan komunikasi diletakkan jauh ke luar batas-batas Nusantara. Akibat hubungan-hubungan itu, terjadi konvergensi dan tercipta kondisi sosial budaya termasuk sosiolinguistik yang memungkinkan berkembangnnya segala unsur kebudayaan. Leirissa mengungkapkan bahwa penduduk Maluku Ternate terdiri dari berbagai suku bangsa di Nusantara yang bermigrasi ke pulau ini sejak masa kolonial. Bahkan bila dikaji lebih jauh ke belakang, sejak masa emporium dan imperium, telah banyak suku bangsa dan ras dari berbagai negeri maupun benua datang ke Ternate Leirissa,1999. Pertemuan antar-ras dan suku bangsa ini menimbulkan percampuran, sehingga melahirkan keturunan-keturunan yang baru dengan berbagai pola tingkah budayanya. Maka tidak mengherankan jika penduduk Ternate saat ini memiliki beragam bahasa dan tradisi yang sama atau berbeda dalam satu lingkungan tertentu, namun tetap memperlihatkan ciri kebudayaannya masing-masing. Interaksi perdagangan rempah-rempah yang intensif dengan kelompok suku bangsa itulah yang memungkinkan terbentuknya organisasi atau pemerintahan awal di Pulau Ternate. Melihat berbagai kondisi dan latar belakang kehidupan yang terdapat di dalamnya, menjadi penting dikedepankan untuk mendapatkan informasi atau gambaran utuh tentang dinamika internal masyarakat Ternate yang telah terpola dan mengakar dalam proses historis yang panjang Kuntowijoyo, 2002. Oleh Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 218 karena itu, pokok bahasan ini akan diawali dengan mengungkapkan fakta mengenai masyarakat Ternate dan kebudayaannya sebagai langkah awal untuk mengetahui dan mengenal batasan spasial penulisan ini. A. Asal Usul Masyarakat Ternate Kiya raha fato-fato, gapi, duko, tuanane se kiye besi, doka saya rako moi. Ma ronga gam madihutu. Gam madihitu gee maronga Maloku Kiya Raha. Artinya, empat gunung berjejer-jejer, yaitu Ternate, Tidore, Moti, dan Makean sebagai setangkai bunga mawar yang harum baunya. Namanya negeri asal kejadian, itulah namanya Ternate Abdul Hamid Hasan, 2002. Pulau Ternate merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate. Wilayah kesultanan itu kini menjadi bagian dari Kotamadya Ternate yang merupakan kesatuan pemerintahan otonomi dalam Provinsi Maluku Utara. Secara etimologi, kata Ternate berasal dari tiga suku kata, yaitu tara no ate, yang berarti turun ke bawah dan pikat dia. Maksudnya, turun dari tempat yang tinggi dataran tinggi untuk mengikat para pendatang supaya mau menetap di wilayah ini Ternate Andi Penggunaan nama Ternate dapat ditemukan dalam berbagai sumber sejarah Eropa. De Clercq, mengidentifikasi nama Ternate dalam beberapa pengertian. Pertama, nama sebuah karesidenan. Kedua, nama sebuah kota. Ketiga, nama sebuah kesultanan. Keempat, nama salah satu pulau de Clercq,1890. Sejarah asal-usul penduduk Ternate, hingga masih diperdebatkan. Menurut Leirissa, penduduk Ternate, termasuk kepulauan Maluku Utara, berasal dari campuran berbagai suku bangsa. Mereka berasal dari ras Malanesia, Proto-Malayu atau Netro-Melayu yang mendiami daerah pedalaman bagian Utara Pulau Halmahera, kemudian menyebar ke Ternate, Tidore, dan pulau-pulau sekitarnya sejak berabad-abad lampau melalui gelombang migrasi yang panjang Leirissa1997. Sejalan dengan itu, menurut Visser, penduduk tertua kepulauan Maluku Utara mendiami daerah pedalaman Halmahera. Penduduk asli Pulau Halmahera dikenal sebagai Suku Alifuru manusia awal. Mereka kemudian menyebar dari Pulau Halmahera ke sekitarnya, termasuk Pulau Ternate Visser, 1994 Sejalan dengan itu, menurut Adnan Amal bahwa asal usul penduduk Ternate berasal dari kerajaan Jailolo Halmahera yang bermigrasi sekitar tahun 1250 akibat konflik politik antara Raja Jailolo dengan kelompok-kelompok oposisi. Para pelarian tersebut mendirikan pemukiman di dekat puncak Gunung Gamalama yang disebut komunitas Tobona. Pembentukan komunitas Tobona inilah menandai permulaan terbentuknya organisasi sosial pra kerajaan yang di kepalai seorang pemimpin yang disebut momole kepala kampung/marga. Seiring bertambahnya para imigran maka terbentuklah beberapa pemukiman komunitas di Pulau Ternate. Pemukiman baru tersebut yaitu foramadiyahi yang mendiami dataran tinggi. Sampala yang menempati kawasan hutan dan Toboleu yang menempati pesisir pantai Ternate bagian utara. Dalam perkembangannya sekitar 1251 empat kelompok sosial ini mengadakan musyawarah untuk membentuk organisasi kerajaan. Dari musyawah tersebut dipililah Ciko kepala kampung Sampala sebagai pemimpin ketiga komunitas tersebut. Pengangkatan Ciko sebagai kolano raja pertama Ternate, van der Crab menceritakan bahwa Pada suatu hari Momole Guna kepala suku Tobona, menjelajahi hutan mencari pohon enau untuk menyedap tuaknya. Ia tiba di suatu lintasan jalan dan menemukan sebuah lesung yang terbuat dari emas. Momole Guna mengambilnya dan membawa pulang ke rumah. Lesung emas itu kemudian menjadi tontonan yang aneh bagi warga Tobona. Karena yang ingin melihatnya makin banyak berdatangan, Momole Guna tidak mau menahannya lebih lama lagi dan memutuskan untuk memeberinya kepada Momole Molematitti kepala suku Foramadiyahi. Mole matiti yang telah menerima menerima lesung anah itu, juga mengalami hal yang sama seperti di alami Momole Guna dari Tobona, karena tidak betah, ia berikan kepada Ciko dari Sampala. Ciko menerima lesung itu Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 219 disertai dengan segala keajaibannya dan dengan demikian ia memperoleh kehormatan menjadi penguasa atas pulau Ternate yang berakhir dengan penobatannya sebagai raja pertama pulau itu dengan gelar kolano P van der Crab, 1978. Setelah pengangkatannya sebagai pemimpin, Ciko mengubah gelarnya dari momole menjadi kolano raja. Demikian pula namanya juga diubah menjadi Mansur Malamo. Ciko inilah yang dipercaya sebagai kolano pertama yang meletakkan dasar bagi hadirnya kerajaan Ternate, sekaligus membentuk struktur kekuasaan dengan kolano sebagai penguasa tertinggi mengenai stuktur organisasi kerajaan Ternate akan dibahas pada bab selanjutnya. Setelah itu pusat kekuasaan-pun dipindahkan ke tepi pantai yang diberi nama Gamlamo negeri besar Abdul Hamid Hasan, 2002. Secara kultural, penduduk Kesultanan Ternate tergolong kelompok majemuk atau multikultural. Christiaan Frans van Fraasen mengklasifikasikan penduduk kesultanan ini ke dalam dua kategori. Katagori pertama adalah penduduk pribumi inheemsche bevolking, yaitu mereka yang berasal kelompok Tubo, Tobana, Tabanga, dan Toboleu yang telah lama dan menetap di Pulau Ternate. Kelompok inilah cikal-bakal terbentuknya Kerajaan Ternate. Kategori kedua adalah penduduk asli bukan orang Ternate di luar keempat kelompok di atas ditambah penduduk suku-suku yang berasal dari daerah lain Christiaan Frans van Fraasen,1987. Penduduk asli Ternate terbagi empat kelompok kekerabatan yang bersifat otonom marga, yaitu Marga Soa-Sio, Sangaji, Heku, dan Cim. Salah satu cirinya adalah melestarikan sistem marga. Oleh sebab itu, mereka lebih mudah dikenal dengan nama belakang atau family name yang melekat di belakang namanya. Marga inilah yang ikut membedakan mereka dengan etnis lainnya di Ternate. Keempat marga tersebut, menurut Adnan Amal, berasal dari empat kelompok utama pembentukan Kerajaan Ternate, yakni Tubo, Tobana, Tabanga, dan Toboleu yang merupakan penduduk awal Pulau Ternate. Menurut berbagai sumber hingga kini keempat marga utama tersebut, secara turun-temurun memegang jabatan-jabatan politik di lingkungan Kesultanan Ternate Adnan Amal, 2007. Sementara penduduk asli bukan orang Ternate, terdiri dari kelompok etnis Tidore, Jailolo, Loloda, Bacan, Makian, dan Sanana. Etnis ini mendiami sebagian daerah Kesultanan Ternate, terutama Ternate Tengah dan Selatan. Mereka dianggap memiliki andil penting dalam proses perkembangan Kesultanan Ternate, sehingga diberikan kedudukan dalam struktur pemerintahan sebagai dewan kerajaan Bobato Nyagimoi se Tufkange atau dewan delapan belas dengan gelar masing-masing. Etnis Tidore diberi gelar Sangaji Limatahu. Etnis Jailolo, diberi gelar Sangaji Tomajiko. Etnis Bacan, diberi gelar Kimalaha Labuha, etnis Makian bergelar Sangaji Tokofi, etnis Loloda bergelar Sangaji Malayu-Konora, dan etnis Sula bergelar Salahakan Anas Dinsie dan Rinto Taib, 2001. Sama halnya dengan keempat marga utama, keberadaan beberapa etnis ini, hingga kini dipegang teguh sebagai landasan utama dalam melakukan rekruitmen politik. Menurut berbagai sumber beberapa etnis tersebut merupakan kelompok inti yang menduduki struktur birokrasi Kesultanan Ternate. Selain itu, terdapat juga penduduk dari etnis lain dari luar Maluku Utara yang berdiam di wilayah Kesultanan Ternate. Menurut B. Soelarto 1982, terdapat beberapa suku pendatang seperti etnis Melayu, Makassar, Buton, dan Jawa. Kehadiran mereka ke Ternate berkaitan dengan perkembangan perdagangan rempah-rempah yang sangat dibutuhkan dalam jaringan internasional. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di wilayah Nusantara, Ternate memberi kesempatan kepada kelompok suku bangsa tersebut untuk tinggal dan membentuk marga yang diberi nama menurut asal-usul leluhurnya. Misalnya marga Jawa adalah sub suku Ternate yang nenek moyangnya berasal dari Jawa, sehingga memiliki ciri fisik yang serupa dengan orang Jawa B. Soelarto,1982. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 220 Tabel 1. Nama-nama Marga yang ada di Ternate Marsaoli Tomaito Tomagola Tamadi Payahe Jiko Jawa Tolangara Tabala Tomajiko Malayu Kulaba Malaicim Tobeleu Tafamutu Tafaga Tokofi Takome Sula Gam cim Tabanga Siko Tafamutu Dodari- isa Mado Togolobe Faudu Tamajiko Talangam Moyau Tafure Maitara Koloncucu Wucu Tamao Doi Taake Tomahutu Sumber B. Soelarto, Sekitar Tradisi Ternate. Jakarta Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan RI, 1982. Demikian halnya dengan nenek moyang etnis Melayu, Buton, dan Makassar. Walaupun sebagai etnis pendatang, kelompok ini juga diberi kedudukan dalam pemerintahan, misalnya etnis Jawa ditempatkan dalam bobato akhirat bidang agama dengan gelar Imam Jawa, begitu pula etnis Makassar, ditempatkan dalam bobato dunia pemerintahan dunia, dengan diberi gelar sebagai Kapita Makassar. Proses ini Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 221 menarik, karena keberadaan beberapa suku yang mendiami wilayah kerajaan direkrut menjadi anggota kerajaan melalui sistem perwakilan distrik, sebagai landasan legitimasi dan integrasi. Ternate merupakan daerah kesultanan dan agama Islam menjadi agama resmi yang dianut moyoritas masyarakat. Namun demikian kepercayaan animisme dan dinamisme agama asal masih dipraktekan sebagian besar masyarakat Ternate. Menurut berbagai sumber, hingga kini masih terdapat sebagian masyarakat Ternate percaya kepada gunung Gamalama sebagai sumber kekuatan gaib supranatural yang dapat dimintai pertolongan untuk memberi keselamatan dan kesejahteraan hidup. Mereka antara lain menjalankan upacara penghormatan dan pemujaan dengan cara mengelilingi gunung Gamalama, yang disebut kololi kiye dan fere kiye. Menurut Abdul Hamid Hasan, kepercayaan-kepercayaan tersebut sedemikian mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Ternate. Walau mereka telah memeluk agama Islam mereka masih setia dengan tradisi leluhur mereka. Begitu para sultan, setelah dinobatkan wajib melakukan upacara kololi kiye dan fere kiye mengelilingi dan menaiki puncak gunung. Hanya saja, upacara itu tidak lagi ditujukan kepada kekuatan gaib gunung Gamalama, melainkan kehadirat Allah SWT Abdul Hamid Hasan, 2000. Selain pemujaan terhadap gunung Gamalama, kepercayaan lama lainnya yang dianut sebagian masyarakat Ternate adalah kepercayaan terhadap arca-kayu wonge. Benda tersebut fisik berbentuk lelaki-perempuan sebagai gambaran atau visualisasi nenek moyang mereka. Wonge ditempatkan di luar rumah dalam sebuah rumah-rumahan fala wonge yang berisi arca-arca nenek moyang mereka. Tempat itu dilengkapi sesajian berupa nasi kuning, sirih, pinang, tembakau, rokok tuak, dan dupa kemenyan. Wonge dipercaya sebagai penolak bala sekaligus pusat kekuatan gaib yang dapat dimintai pertolongan Masinambaw ed., 1980. Kepercayaan lama lainnya adalah upacara adat joko kaha injak tanah. Upacara ini sangat prinsipil dan wajib diselengarakan mulai dari ritus keluarga sampai penobatan ritus ini ialah memberi penghormatan kepada bumi sebagai pusat kekuatan gaib, agar membantu atau memberi keselamatan kepada manusia. Selain itu, sampai kini masih ada pemujaan terhadap roh nenek moyang berupa pemberian sesajian ke tempat keramat kuno jere. Tempat keramat ini dianggap bisa membawa berkah. Jere sendiri berupa batu yang muncul dengan sendirinya menyerupai makam, sehingga dianggap sebagai makam keramat B. Soelastro,1978. B. Mata Pencarian Penduduk Tanah dalam wilayah Ternate tergolong subur. Keadaan ini memungkinkan penduduk setempat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan mengolah lahan pertanian. Kombinasi antara kesuburan tanah dan iklim membuat usaha pertanian yang menonjol adalah tanaman cengkeh dan pala. Sisi kesejarahan yang penting dari Ternate adalah peranannya sebagai salah satu pulau penghasil cengkeh di Maluku. Suatu hal yang menjadikan pulau ini ajang kepentingan ekonomi, terutama perebutan rempah-rempah oleh bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris Bahar Andili, 1978. Faktor utama daya tarik Ternate antar-bangsa itu adalah cengkeh dan pala, sebagaimana dikemukakan Anthony Reid bahwa Pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk pala, serta Maluku Ternate untuk cengkeh, dan barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia kecuali di tempat itu. Penduduk menanam cengkeh karena mendatangkan hasil dan keuntuntungan berlimpah. Pada mulanya, tanaman tersebut adalah tanaman liar yang tumbuh di hutan-hutan yang kemudian ditanam dalam usaha perkebunan Anthony Reid, 1999. Meskipun jumlah penduduk Ternate sangat besar dibandingkan prosentase etnis pendatang, namun karena minimnya sumber daya manusia, maka mereka lebih banyak berkerja di sektor non-formal seperti Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 222 pertanian dan perikanan. Selain itu, sebagian penduduk Ternate menjadikan kerajinan rumah tangga sebagai usaha tambahan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pekerjaan-pekerjaan ini tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus. Sementara jabatan-jabatan publik seperti, guru, polisi, tenaga kesehatan, maupun birokrasi, lebih banyak dikuasai etnis pendatang Sutrisno Kutoyo,1978. Tabel 2. Mata Pencarian Penduduk Ternate Sumber Ternate dalam Angka 1995 Jumlah penduduk Pulau Ternate berdasarkan sensus tahun 1961 sebanyak orang lihat tabel 3. Perkembangan jumlah penduduk Ternate dari tahun ke tahun mengalami peningkatan pesat. Faktor utama daya tarik Kota Ternate adalah sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan kesempatan berusaha mendorong para pendatang dari berbagai daerah di Indonesia untuk berdomisili di Ternate. Dalam hal ini secara garis besar dapat disimpulkan terdapat tiga penggolongan penduduk yaitu penduduk asli Ternate, penduduk Indonesia pendatang, dan golongan penduduk orang asing. Tabel 3 Jumlah Penduduk Desa Kotapraja Ternate Menurut Perincian Kecamatan Pada Tahun 1961 1. Wijk LTR. A 2. Wijk LTR. B 3. Wijk LTR. C 4. Wijk 5. Wijk 6. Wijk 2. 689 710 326 2. 560 690 297 5. 249 3. 255 2. 809 623 Sumber Sensus Penduduk 1961 Penduduk Desa Sulawesi dan Maluku, Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Biro Pusat Statistik, 1980, hlm. 230. C. Pendidikan Perkembangan pendidikan di Ternate pasca-kemerdekaan Republik Indonesia, belum mengalami kemajuan. Masih banyak penduduknya yang buta huruf. Perkembangan pendidikan di Ternate baru dimulai sejak tahun 1950 atau saat bubarnya Negara Indonesia Timur NIT. Hal ini ditandai dengan disusunnya suatu organisasi pendidikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah Leirissa, 1975. Usaha-usaha peningkatan pendidikan dapat berjalan dengan baik memasuki tahun 1951 dengan disusunnya organisasi pendidikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bertanggungjawab di bidang pendidikan dan kebudayaan Maluku. Organisasi pendidikan baru ini secara sentral mengatur semua pendidikan di seluruh pelosok Maluku dan Ambon sebagai pusat kegiatan. Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan itu menyelenggarakan urusan-urusan pendidikan, mulai dari pendidikan pra Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 223 sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan, pendidikan masyarakat seperti pemberantasan buta huruf, kegiatan-kegiatan umum seperti olahraga, pendidikan kebudayaan, kesenian, serta pengadaan tenaga pengajar Sem Touwe dan Rina Pusparani, 2013. Jumlah dan gambaran aktivitas sekolah di Maluku periode tahun 1950-an dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid di Maluku pada Tahun 1950 Sekolah Pangreh Praja yang Pindah dalam Pendidikan Menengah Sekolah Kepandian Gadis Tingkat Pertama Sumber Algemeen Verslag van Nijverheidsonderewijs een nijverheidssholen 1948, dalam Arsip Tanah Toraja 489/48 Anriwil Sulsel Selain sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah, terdapat pula yayasan-yayasan pendidikan seperti yayasan pendidikan gereja-gereja Protestan, Roma Katolik, dan organisasi-organisasi Islam seperti Muhamadiyah dan ABRI. Pada perkembangan selanjutnya, dibangun juga beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Pattimura tahun 1956, Universitas Khairun Ternate 1964, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ternate 1966, Universitas Muhammadiyah 1999, Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan STIKIP Kie Raha tahun 2001, AIKOM Ternate, dan Akademi Keperawatan APPER Ternate. Pendidikan formal ini di kemudian hari berfungsi sebagai katalisator bagi terwujudnya dua jenis elite, yakni elite tradisional istana dan elite modern birokrat dan intelektual. Kedua elite tersebut berasal dari tradisi pendidikan yang sama, tetapi berada dalam lingkungan politik dan hierarki sosial berbeda. Elite pertama lebih didukung oleh legitimasi budaya, sedangkan elite kedua berkat keunggulan merek di bidang ilmu pengetahuan. Pada aspek ini, kemajuan pendidikan memberi peluang besar bagi terjadinya perubahan sosial, khususnya mobilitas sosial. Sistem pengangkatan pegawai tidak lagi hanya berdasarkan status dan keturunan, tetapi juga berdasarkan jenjang pendidikan. D. Budaya Politik Masyarakat Ternate telah terorganisasi secara geneologis ke dalam kelompok-kelompok sosial dengan ciri khas masing-masing. Kesatuan kelompok sosial tersebut disebut soa marga oleh masyarakat Ternate. Tiap-tiap kampung terdiri dari beberapa soa dan setiap soa dikepalai oleh seorang kimalaha atau fanyira kepala kampung. Penggunaan sebutan-sebutan tersebut tergantung pada jauh dekat hubungannya dengan pusat kekuasaan. Pengangkatan kepala-kepala soa tersebut selalu di dasarkan pada faktor keturunan Abdul Hamid Hasan, 2000. Masyarakat Ternate pada umumnya dikenal sebagai masyarakat yang sangat ketat mempertahankan aturan pelapisan sosial. Bagi mereka, mempertahankan pelapisan sosial dipandang sebagai satu syarat memperjaya Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 224 dan menjaga kehormatan. Artinya, perbedaan peranan-peranan dipandang sebagai norma yang patut dipelihara, diikuti, dan dijalankan dalam kehidupan mereka. Hal penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan anggapan ini adalah kedudukan kelompok bangsawan sebagai kelompok yang dapat dan boleh menjadi pemimpin Ch. F. van Fraasen, 1983. Masyarakat Ternate, seperti halnya masyarakat di kerajaan Jawa Yogyakarta dan Surakarta yang mengenal pelapisan sosial yang tersusun secara hirarki. Meski penggolongan masyarakat tidak setajam pembagian kasta-kasta dalam struktur sosial feodal, namun ada penggolongan yang bertolak atas dasar keturunan geneologis. Tingkatan tertinggi adalah golongan kolano sultan yang terdiri dari sultan dan keluarganya sampai tiga lapis atau tingkatan turunannya. Dalam struktur Politik Kesultanan Ternate, sultan adalah titik pusat kekuasaan. Sebagai puncak hierarki , sultan memegang kekuasaan yang besar. Hal itu tercermin dari kepemilikannya terhadap benda-benda pusaka, gelar, ataupun silsilah geonologis Hasyim, 2017. Tingkatan pertama adalah anak-anak sultan bergelar β€œkaicil” untuk putra dan boki atau β€œnyaicil” untuk putri. Jika anak-anak itu berada pada jenjang ketiga dari sultan yang berkuasa, mereka bergelar β€œjou ma datu”. Sementara jenjang keempat bergelar β€œjou mamuse”. Selanjutnya, tingkatan kedua danu atau golongan bangsawan yang masih memiliki hubungan darah dengan keluarga sultan. Seperti cucu sultan dan anak-anak yang dilahirkan dari putri sultan dengan orang dari lingkungan istana. Termasuk juga kaum bangsawan yang diangkat menjadi pejabat birokrasi kerajaan dan golongan agama. Tingkatan ketiga adalah rakyat biasa atau disebut β€œbala kusu se kano-kano” M. Shaleh A. Putuhena, 1983. Kelompok bangsawan elite merupakan lapisan teratas yang mempunyai kedudukan politik, sosial, dan ekonomi yang lebih tinggi. Mereka inilah yang mendominasi kepemimpinan dalam masyarakat. Puncak hierarki ditempati sultan yang memiliki otoritas tradisional yang telah diterimannya sebagai hak turun-temurun. Hal itu tercermin pada nama atau gelar yang disandangnya. Di bawah sultan terdapat golongan bangsawan, yang dalam Kesultanan Ternate dibedakan atas bangsawan pusat dan bangsawan daerah. Bangsawan pusat adalah kelompok bangsawan yang berasal dari marga Soa-Sio, Soa Marasaoli, Limatahu, Tomagola, dan Tomaito. Mereka merupakan inti dari penduduk Ternate dan merupakan marga yang dipilih untuk menduduki jabatan bobato madopolo dewan menteri dan bobato nyagimoi se tufkange lembaga legislatif. Dengan fungsi politik yang melekat kepadanya mengangkat dan memberhentikan seorang sultan, maka sejak zaman dahulu hingga sekarang soa ini mempunyai kedudukan terhormat setelah kerabat sultan. Kelompok bangsawan ini dipandang mempunyai jenjang kebangsawanan lebih tinggi dari jenjang kebangsawanan daerah. Sementara bangsawanan daerah adalah kelompok bangsawan keturunan marga Sangaji dan Salahakan. Mereka umumnya menjadi utusan sultan kepala distrik untuk mengatur dan menjalankan pemerintahan serta mengurus kepentingan sultan di daerah-daerah yang jauh dari pusat kerajaan atau sebarang pulau. Umumnya penempatan dan pengangkatan seorang Sangaji kepala distrik dan Salahakan utusan sultan, bergantung pada kemurnian darah kebangsawanannya. Hal ini dipandang sebagai suatu ketentuan karena dalam struktur pemerintahan Kesultanan Ternate, bangsawan yang berasal dari marga Sangaji tidak dapat dan tidak boleh melaksanakan kekuasaan atas golongan yang lebih tinggi marga Soa-sio. Aturan dan ketentuan ini menuntut pengaturan jenjang kebangsawanan berkaitan sejajar dengan kepangkatan kekuasaan. Dalam usaha untuk memperluas pengaruh, mempertinggi kewibawaan, mempertahankan kekuasaan, kaum bangsawan senantiasa mengandalkan selain kekuasaan dan kepintaran perluasan jaringan hubungan kekeluargaan. Suatu hal yang oleh Chabot disebut perkawinan politik antar-bangsawan. Menurut Edward L. Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 225 Poelingggomang, perkawinan antar-bangsawan menunjukkan dua kecenderungan. Pertama, usaha untuk menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih erat. Kedua, usaha ke arah hubungan dengan anggota kelompok lain dengan maksud mencapai hubungan yang menguntungkan Edward L. Poelinggomang, 2004. Dasar hubungan perkawinan antar-bangsawan ini juga menunjukan bahwa perkawinan merupakan alat untuk memperluas jaringan kekerabatan. Semakin luas jaringan kekeluargaan, semakin luas pula pengaruh kelompok itu. Hal itu akan mempertinggi kewibawaan pemimpin kelompok dalam memperkuat kedudukan kekuasaannya. Dengan kata lain, kecenderungan memperluas pengaruh, kewibawaan, dan kekuasaan lewat hubungan perkawinan, menunjukan bahwa masalah kekuasaan politik tidak dapat dipisahkan dari kekerabatan. Pembagian atau pelapisan sosial dalam masyarakat Kesultanan Ternate berdampak pada penyematan gelar atau titel yang dipergunakan sebagai ciri utama untuk membedakan mereka satu sama lain. Misalnya, gelar Soa-Sio dan Sangaji hanya diperuntukkan bagi bangsawan yang menduduki Bobato Madopola dewan kerajaan. Sementara gelar heku dan cim diberikan kepada petugas-petugas yang mengurusi keamanan pada dasarnya merupakan perwujudan dari garis keturunan yang bersandar pada individu yang berada dalam kerangka geneologis yang sama dari pihak laki-laki patrilineal dan terkadang terkait secara unilinear ke satu sumber Christiaan Frans van Fraasen, 1978. Pada golongan bagsawan, terdapat pula perbedaan menurut tingkatannya sesuai dengan jasa dan hubungan kekerabatan seseorang dengan sultan. Hingga kini, dalam kehidupan adat masyarakat Ternate, golongan kolano sultan dan golongan dano bangsawan merupakan kelompok elite. Demikian pula pengelompokan soa, masih diakui sebagai lembaga adat dalam kehidupan sehari-hari. Bangsawan masih merupakan kelompok atas dan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Sementara bentuk hubungan bangsawan dengan penduduk berupa hubungan tambal-balik antara patron dan klien. Kaum bangsawan berkewajiban memberikan perlindungan kepada penduduk dan sebaliknya, penduduk memberikan imbalan berupa barang, jasa, dan tenaga kepada kaum bangsawan Hasmawati & Hasim, 2017. Pelapisan sosial di atas memberi pengaruh pada sistem kepemimpinan politik, terutama di tingkat pusat kerajaan sultan. Rakyat yang memandang penting adanya keluarga inti kekerabatan patrilinial maupun bilateral memiliki ketaatan mutlak yang didasarkan kepada tatanan budaya politik Jou kasa ngom ka ge yang artinya, di mana sultan, di situlah kami. Hal itu menempatkan sultan sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Penolakan terhadap keputusan sultan Iddin Kolano akan mendatangkan malapetaka. Hal itu pula diyakini oleh para bangsawan, sehingga mereka tidak perlu mengontrol rakyatnya. Ada keyakinan bahwa setiap kesalahan yang dibuat oleh rakyatnya, akan dilaporkan karena mereka takut akibatnya jika tidak segera diselesaikan. Keyakinan akan adanya hubungan erat antara Jou sultan dan bala rakyat, membuat tatanan kultural yang berlaku senantiasa ditaati dan dipertahankan karena dipandang memiliki kekuatan magis dengan melindungi tatanan sosial dan politik yang ada Radjiloen L., 1982. Bagi masyarakat Ternate, hubungan antara sultan dan bawahan berlaku hubungan patron-clien Jou se ngofa ngare atau menurut istilah Jawa disebut hubungan gusti-kawula. Meskipun demikian, jika dilihat dari hierarkinya, maka raja mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada rakyat. Dalam hubungan ini, sultan mendapat kedudukan khusus dalam masyarakat sebagai kelompok tersendiri yang dapat melaksanakan kekuasaan atas rakyat dan menempati strata bangsawan yang tinggi. Mereka ditempatkan sebagai tokoh yang dapat menghubungkan dunia atas dan dunia bawah yang kemudian menjadi pemegang kendali kehidupan pemerintahan dan dianggap memiliki kekuatan suprtanatural yang dapat menciptakan ketertiban dan kesejahtraan rakyat Suhartono, 1995. Oleh karena itu, segala titah dan perintah dipandang sebagai Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 226 hukum yang harus ditaati suluruh rakyat. Pelanggaran atau pengingkaran atas titah dan perintah sultan dipandang sebagai sikap penghinaan atas kedudukannya dan akan berdampak malapetaka. Gambaran stratifikasi sosial itu kini telah berubah. Telah terjadi perubahan sejalan dengan proses moderenisasi. Pembukaan sekolah-sekolah pada perkembangan selanjutnya melahirkan kelas baru dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, para rakyat dapat menyekolahkan anak-anak mereka agar dapat masuk dalam jajaran birokrasi. Jika dahulu sultan dan kerabatnya yang mendominasi kegiatan pemerintahan, kini telah terbuka peluang kepada rakyat melalui pendidikan dan kemampuan dalam bidangnya menjadi prasyarat utama untuk masuk dalam jajaran birokrasi Muhammad, 2004. Setelah proklamsi kemerdekaan, kedudukan kaum bangsawan mengalami transisi. Pada satu sisi, terdapat elite tradisional yang tetap mempertahankan statusquo dan memandang setiap perubahan sebagai ancaman bagi mereka. Sementara di pihak lain, terdapat golongan elite baru yang yang memegang kepemimpinan dan menghendaki perubahan. Sementara di saat yang sama, terjadi perubahan persyaratan untuk masuk dalam lingkungan birokrasi dan terbuka peluang luas bagi penduduk untuk memperoleh pendidikan yang tinggi Sartono Kartodirdjo, 1981. Perubahan-perubahan di atas, dalam perkembangannya kemudian, mempengaruhi tatanan budaya masyarakat Ternate. Konvensi yang sebelumnya berlaku dalam masa kerajaan yang menekankan bahwa merekalah yang berada pada strata yang lebih tinggi yang boleh melaksanakan kekuasaan atas kelompok berstrata lebih rendah kini telah pudar. Tidak dapat disangkal bahwa dampak dari birokratisasi pemerintahan dan penyelengaraan pendidikan telah melapangkan terjadinya mobilisasi sosial. Hal itu berpengaruh pula terhadap pola hubungan antara bangsawan dengan rakyat. Meski dalam kehidupan kekinian, keberadaan kaum bangsawan masih dapat terindetifikasi. Dalam perkembangannya, tidak jarang tampil seorang pejabat birokrasi dari kalangan rakyat biasa dan menjalankan kekuasaan terhadap bawahannya yang berdarah bangsawan. Menurut Suhartono W. Pranoto, proses modernisasi telah mengubah masyarakat tradisional dan menciptakan pergeseran peran serta fungsi dari lembaga-lembaga lama ke baru. Sistem pendidikan yang mengarah ke birokrasi modern memungkinkan terjadinya mobilitas sosial. Golongan terpelajar yang secara perlahan mendapat kesempatan untuk menduduki posisi yang sama dengan golongan aristokrat, menyebabkan terjadinya mobilitas sosial Suhartono W. Pranoto, 2001. Hal ini tampak pada pergeseran sistem sosial, strata ekonomi, posisi politik, sampai gaya hidup. Sementara para bangsawan, masih tetap bertahan dalam status tradisionalnya. Hal itu membuat jabatan-jabatan dalam struktur Kesultanan Ternate masih didominasi golongan bangsawan secara turun-temurun. Penutup Penduduk Ternate dewasa ini terdiri atas berbagai suku bangsa Indonesia yang berimigrasi ke daerah ini sejak masa Kolonial. Bahkan bila dikaji lebih jauh ke belakang sejak masa Emporium dan masa Emperium, telah banyak suku bangsa bahkan ras-ras dari berbagai negara dan benua telah datang ke daerah ini. Pertemuan antara ras dan suku bangsa ini, kemungkinan besar telah terjadi pencampuran sehingga melahirkan keturunan-keturunan yang baru dengan berbagai polah tingkah budayanya. Kota Ternate tumbuh sebagai pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan meletakkan hubugan kominakasi jauh keluar batas-batas Nusantara. Sebagai akibat hubungan-hubungan itu terjadi konvergensi gerakan barang dan manusia ke kota-kota tersebut. Dengan demikian tercita kondisi sosial budaya bahkan sosiolonguistik yang memungkinkan berkembangnya segala unsur kebudayaan. Sebelum agama Islam diterima oleh penduduk Pulau Ternate, orang Ternate telah terbagi atas empat kelompok kekerabatan. Keempatnya adalah Marga Tubo, Marga Tobana, Marga Tabanga, dan Marga Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate 227 Toboleu. Masyarakat Ternate terbagi dalam susunan sosial yang tradisioal. Meskipun penggolongan masyarakat tidak setajam pembagian kasta-kasta dalam struktur sosial feodal, namun ada penggolongan yang bertolak atas dasar keturunan. Dengan kata lain pembagian masyarakat Ternate tidak bersifat fungsional. Disamping pembagian struktur kehidupan sosial seperti tersebut diatas, masi ada lagi pembagian kelompok kekerabatan dalam soa atau marga, yang merupakan kelompok berdasarkan kekerabatan murni yang membagi seluruh masyarakat Ternate atas 41 kelompok kekerabatan. Bahasa Ternate merupakan bahasa induk dari berbagai bahasa daerah di Maluku Utara. Bahkan pengaruhnya sampai di pulau Mindano, kepulawan Sula, Sabah di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, sepanjang Sulawesi Tengah-Selatan, pulau Banggai, pulau Waigeo, Pulau Morotai. Adapun bahasa-bahasa daerah di Ternate, Halmahera, Tidore disebut β€œKie se gam”. Berbagai bahasa daerah di Maluku Utara masi tetap dipergunakan sebagai bahasa lokal. Ada yang berpendapat bahwa bahasa Terante termasuk rumpun bahasa Austronesia, berdasarkan kesamaan dalam segi tata bahasa pronauncation dan vocabulary. DAFTAR PUSTAKA Andaya, Leonard Y. 1993. The Wold of Maluku Eastem lndonesia in the Early Moden Period, Honolulu University of Hawai Press Beretta. 1917. Halmahera and Morotai, Batavia Javasche Boekhandel Lapian, dalam pengantar Memorie van Overgaua Tobias 1857. 1980. Memorie van Overgave C. Bosscher Residen Temate 1859, JakartaANRI Clercq, 1820. Bijdngen tot de Kennmis der Residentie Temate. Leiden Brill. Crab, 1862. De Moluksche Eiland, Rerse van den Gouvemeurt Genenal Fahud Door den Molukschen Arcipel. Batavia Lange. Grap, P van der. 1978. Geschiedenis van Ternate, in Teranataansche en Maleische Tekst, Beschreven Dor den Ternatean Naidah, Met Vertaling en Aante keningen Door P. A. van der Cerap ". dalam BKl, jilid 26. No 2 Cribb Robert, ed., 1994. The Late Colonial State in lndonesia Politikal en Ekonomi Fondations of the Netherlands Indies 1880-1942, Leiden KITLV Press. Djoko Suryo, et. al., 2001. Agama dan Perubahan Sosial Studi Tentang Hubungan Antar lslam, Masyarakat dan Struktur Sosial Politik, Yogyakarta UGM LKPSM. Hasmawati, H., & Hasim, R. 2017. KEDUDUKAN ELITE KESULTANAN DALAM MASYARAKAT TERNATE. JURNAL ILMU BUDAYA, 52 Desember. Hasyim, R. 2017. Dari Mitos Tujuh Putri hingga Legitimasi Agama Sumber Kekuasaan Sultan Ternate. SASDAYA Gadjah Mada Journal of Humanities, 12, 144–163. Muhammad, S. 2004. Kesultanan Ternate sejarah sosial, ekonomi, dan politik. Ombak. M. Masinambaw. 1980. Halmahera dan Raja Ampat Konsep dan Strategi Penelitian, Jakarta LEKNAS-LIPI. Edward L. Poelinggomang. 1991. Proteksi dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makasar Pada Abad ke-19”, Amsterdam Academisch Proefschrieft de Vrije Universiteit te Amsterdam. Fraassen, F van. 1987. Ternate de Molukken en de Indonesische Archipel. Van soa organisatie en Viedeling Een Studie van Traditionele Samenleeving en Cuoltuur in lndonesie”. Disertasi Leiden. Garraghan, J. Gilbeft. 1957. A. Guide to Histoical Method, New York Fordham University Press. Hanna Willard A. 1983. Kepulauan Banda Kolonialisme dan Akibatnya di Kepulauan Pala. Jakarta Gramedia. Vol 2, Nomor 2, Oktober 2019 228 I Gde Parimartha. 2002. Perdagangan dan Politik di Nusa Tenggara 18161915, Jakarta Penebit Djambatan. Jusuf Abdulrahman, et al., 2001. Temate Bandar Jalur Sutra, JakartaLlTS. Kotoppo, L. 1984. Nuku Perjuangan Kemerdekaan di Maluku Utara, Jakartra Sinar Harapan. Kontowijoyo, 2001. Pengantar llmu Sejarah, Yogyakarta Yayasan Benteng Wijaya. Lindblad, J. Thomas et al., 1998. Sejarah Ekonomi Modern lndonesia Ed., Jakarta Pustaka LP3ES. Rustam Hasim, β€œDari Mitos Tujuh Putri hingga legitimasi Agama; Sumber kekuasaan Sultan Ternate,” Leirissa, et. al., 1999. Temate Sebagai Bandar Jalur Sutra, Jakarta Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Diroktorat Sejarah dan Nilai Nasional, Depdikbud, Rl. Rustam Hasim. 2019. Masyarakat, Kebudayaan, Sejarah dan Pulau Ternate ... Budaya dan bahasa di Negara RI beragam dan jumlahnya banyak di dukung dengan wilayah yang luas dan beragam. Salah satu wilayah di RI yakni Ternate sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara Hasyim, 2019. Ada beberapa etnis dan bahasanya di wilayah daerah itu. ...Shinta Bella ApriliaRina P. PamantungErenst MantiriBudaya adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Linguistik antropologi memandang dan mengkaji bahasa dari sudut pandang antropologi, budaya, dan bahasa untuk menemukan makna di balik pemakaiannya. Nama-nama makanan tradisional bahasa Ternate ternyata masih jarang dilakukan sehingga perlu sekali ditelusuri termasuk nama makanan tersebut lainnya. Sebagaimana diketahui, nama makanan dalam bahasa Ternate yang sering muncul seperti papeda dan bagea kenari, asida, dan agi guraci, padahal nama makanan masih banyak yang lain. Kompleksitas makanan khas Ternate terletak pada keberadaannya yang dianggap sebagai fenomena budaya di Indonesia yang memiliki gejala-gejala budaya dengan kekhasan/keunikan tersendiri karena realitas sekarang nama makanan adalah salah satu peninggalan budaya yang awet dan lestari sehingga masih bertahan saat ini dengan pemunculan leksikon berupa nama makanan khas dalam bahasa Ternate. Tujuan dari penelitian yakni mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan bentuk lingual sistem penamaan makanan dalam bahasa Ternate, menganalisis dan mendeskripsikan makna yang dikandung oleh makanan dalam bahasa Ternate.... Kornelis Matelief de Jonge in 1607 built a fort in the city, which was named Fort Oranje. The fort was previously named Malayu Hasyim, 2019. ...Rustam HasyimNoble people from the circle of Sultanate of Ternate construct and maintain their power base by creating the magical aspect of religious and Culture. This hegemonic strategy allowed this group to pose a certain powerful position and to have a certain place in the heart of the people of Ternate. There are, at least, four important heritage elements in the Sultanate of Ternate used as a strategy to form and strengthen their position. The first is the doctrine Jou se Ngofangare king and servant which means Sultan as the representation of God's power macro cosmos. Second is the mythical Seven Princess, which justifies the Sultan position by using magical-religious as a means to gain people consent. Third, this group tends to use their noble title and heirloom as signs of charisma and sacred magical power. Those heirlooms such as sword and title function to legitimize the Sultan as ruler. Fourth, Kadaton palace which produces cultural meaning as the highest indigenous identity and the source of magical beliefBijdngen tot de Kennmis der Residentie TemateF S A ClercqClercq, 1820. Bijdngen tot de Kennmis der Residentie Temate. Leiden dan Perubahan Sosial Studi Tentang Hubungan Antar lslamDjoko SuryoDjoko Suryo, et. al., 2001. Agama dan Perubahan Sosial Studi Tentang Hubungan Antar lslam, Masyarakat dan Struktur Sosial Politik, Yogyakarta UGM Ternate sejarah sosial, ekonomi, dan politikS MuhammadMuhammad, S. 2004. Kesultanan Ternate sejarah sosial, ekonomi, dan politik. dan Raja Ampat Konsep dan Strategi PenelitianE K M M. Masinambaw. 1980. Halmahera dan Raja Ampat Konsep dan Strategi Penelitian, Jakarta dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makasar Pada Abad ke-19L EdwardPoelinggomangEdward L. Poelinggomang. 1991. Proteksi dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makasar Pada Abad ke-19", Amsterdam Academisch Proefschrieft de Vrije Universiteit te soa organisatie en Viedeling Een Studie van Traditionele Samenleeving en Cuoltuur in lndonesieFraassenFraassen, F van. 1987. Ternate de Molukken en de Indonesische Archipel. Van soa organisatie en Viedeling Een Studie van Traditionele Samenleeving en Cuoltuur in lndonesie". Disertasi Leiden.

kehidupan malam di ternate